OBJEK PENELITIAN SASTRA LISAN, TULIS DAN MODERN SERTA JENIS PENDEKATAN PENELITIAN SASTRA

A. Objek Penelitian Sastra
Masalah atau objek penelitian sastra secara garis besar terdiri atas (1) sastra lisan, (2) sastra tulis, dan (3) sastra modern. Ketiga jenis ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Sastra Lisan
Pada umumnya masyarakat Indonesia dalam masa pramodern tidak mengenal tradisi tulis. Hanya sebagian kecil saja daerah-daerah di Indonesia yang mempunyai tradisi tulis. Bagi yang mengenal tradisi tulis pun tidak atau jarang yang menggunakannya untuk menulis karya sastra (Semi, 2012:44).

Walaupun demikian, sastra lisan yang terdapat pada masyarakat suku bangsa di Indonesia telah lama ada, bahkan setelah tradisi tulis berkembang, sastra lisan masih dapat dijumpai. Baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas sastra lisan di Indonesia luar biasa kaya dan ragamnya. Melalui sastra lisan, masyarakat dengan kreativitas yang tinggi menyatakan diri dengan menggunakan bahasa yang artisitik. Bahkan pada saat sekarang pun, masih dapat dijumpai kehidupan sastra lisan  terutama yang digelarkan dalam upacara-upacara adat (Semi, 2012:3).

Kegiatan yang hidup secara lisan dalam masyarakat tidak hanya sastra dan seni, tetapi juga pertuturan adat, mantera, lagu permainan anak-anak, bahkan lagu-lagu pujian bagi orang yang meninggal, ataupun dendangan untuk menangkap harimau atau binatang buas atau binatang berbisa (dalam tradisi Minangkabau disebut liau) (Amir, 2013:4).

Sastra lisan digubah pada sebuah pertunjukkan. Pada saat ditampilkan, dipersembahkan, sastra lisan didendangkan diiringi isntrumen. Di sana penampil bersatu dengan khalayak. Teks disuguhkan sebagai pusat interaksi di antara keduanya. Pertunjukkan adalah persembahan, sebuah perwujudan sastra lisan oleh penampil di hadapan khalayak. Untuk itu penampil dan khalayak bersatu, hadir bersama di tempat yang sama pada waktu yang sama (Amir, 2013:7).

Sastra lisan umumnya disampaikan melalui cara lisan dan diturun-temurunkan secara lisan pula. Dibeberapa sastra daerah, tradisi itu masih tetap berkembang disamping adanya usaha perekaman penulisannya. Beberapa hal yang dapat dijadikan masalah atau objek telitian adalah sebagai berikut (Semi, 2012:44):
1) Bentuk atau struktur tulisan
2) Pengaruh sastra lisan terhadap pembinaan tata nilai dan pembangunan masyarakat
3) Jenis sastra lisan: mantra; pantun; kaba; hikayat; dongeng; fabel; mite; sage; dan lain-lain
4) Perbandingan sastra lisan
5) Pergelaran dan penyampaian sastra lisan
6) Sejarah perkembangan sastra lisan pada suatu daerah
7) Tema-tema sastra lisan
8) Sasaran penyampaian sastra lisan

Tentu saja bahan-bahan kajian sastra lisan ini sangat kaya. Hal yang paling penting dalam penelitian sastra lisan adalah melakukan upaya penelitian struktur sastra lisan sambil melakukan perekaman untuk menyelamatkannya dalam bentuk menjadikannya secara tertulis agar dapat dijadikan dokumen dan peninggalan sejarah.

a. Contoh Penelitian Sastra Lisan
Patu Mbojo : Struktur, Konteks Pertunjukan, Proses Penciptaan, dan Fungsi
Abstrak: Unsur-unsur pembentuk struktur patu meliputi: bentuk, formula, terra, bunyi, dan gaya. Kelima unsur itu saling berhubungan satu lama lain dalam membentuk komposisi patu. Bentuk adalah cara penyajian pikiran dalam wujud kalimat. Bentuk patu yang paling pendek adalah terdiri dari tiga kalimat dan yang paling panjang adalah 11 kalimat. Untuk dasar patu adalah dua kalimat, namun bentuk itu jarang digunakan. Bentuk yang sering digunakan adalah yang terdiri tiga dan empat kalimat. Jumlah kata dalam kalimat patu berkisar 2 sampai 17 kata, sedangkan jumlah suku kata berkisar 4 sampai 44 suku kata. Jumlah kata yang umum berkisar 5 sampai 8, dan jumlah suku kata yang umum berkisar 16 sampai 20. Urutan kalimat yang membentuk patu menggambarkan cara penyajian pikiran dan perasaan pematu. Penyajian pikiran itu bergantung pada terra (isi). Tema konflik pada umumnya dimulai dengan permasalahan kemudian diikuti oleh penjelasan atau pernyataan dan diakhiri dengan atau tanpa simpulan. Tema-tema yang bersifat informatif biasanya diawali dengan penyataan, kemudian diikuti penjelasan dan diakhiri dengan atau tanpa simpulan.

2. Sastra Tulis
Sastra tulis, walaupun dalam jumlah yang terbatas, sastra tulis dapat dijumpai pula di berbagai suku bangsa di Indonesia. Salah satunya, adanya sastra Jawa Kuno yang memberi pengaruh yang besar pada perkembangan sastra daerah lainnya (Sunda, Madura, Bali, Sasak, Bugis, Makasar, Batak, dan Lampung) (Semi, 2012:3-4).

Sastra tulis pada masyarakat suku yang memiliki tradisi tulis juga sangat sedikit jumlahnya. Beberapa di antaranya adalah (Semi, 2012:45):
1) Sastra Jawa kuno, klasik, dan modern yang menggunakan huruf latin
2) Sastra tulis dengan abjad Sanskerta yang ditemui dalam sastra Bugis dan Makasar
3) Sastra yang menggunakan tulisan pra-Islam yang ditemui dalam masyarakat Lampung, Rejang, dan Batang
4) Sastra dengan tradisi tulis huruf Arab yang diwakili oleh sastra Melayu, Aceh, dan Minangkabau

Sastra tulis ini dapat dijadikan objek penelitian terutama yang menyangkut masalah berikut:
1) Bentuk tulisan
2) Sejarah perkembangan sastra tulis
3) Struktur sastra tulis yang berbentuk fiksi; masalah persajakan, irama, susunan baris dan bait, serta stilistika untuk sastra tulis yang berbentuk puisi.

a. Contoh Penelitian Sastra Tulis
Kajian Filologi Sêrat Dwikarånå
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan naskah Sêrat Dwikarånå, meliputi deskripsi naskah, suntingan, dan terjemahan teks. Selain itu, juga mendeskripsikan nilai-nilai ajaran moral dalam teks Sêrat Dwikarånå. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan filologi modern. Sumber data penelitian ini adalah satu eksemplar naskah Sêrat Dwikarånå yang disimpan di perpustakaan Museum Sonobudoyo Yogyakarta, dengan nomor koleksi PB C. 75. Teknik pengumpulan data dilakukan dalam beberapa langkah, yaitu 1) inventarisasi naskah, 2) deskripsi naskah, 3) pembacaan  teks, 4) transliterasi, 5) suntingan, 6) terjemahan, dan 6) pemaknaan teks. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Validitas data dilakukan dengan menggunakan validitas semantik. Realibilitas yang digunakan, yaitu interatter dan intraratter.

3. Sastra Modern
Jenis dan bentuk sastra yang muncul pada awal abad kedua puluh biasanya disebut sastra modern, yang lain dari seni tradisional karena telah menggunakan berbagai variasi tema, variasi bentuk, dan menggunakan bahasa yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia (Semi, 2012:3).
Sastra modern adalah sastra Indonesia yang menggunakan bahasa prabahasa Indonesia, yakni sekitar awal abad kedua puluh atau sedikit sebelumnya. Sastra yang dikatakan sastra modern itu tentu saja masih ada kaitan atau tidak terlepas dari sastra lama atau sastra tradisi. Dalam beberapa segi, sifat tradisi tentu masih dipertahankan (Semi, 2012:45).

Sastra modern dapat dikategorikan dalam tiga bentuk utama, yakni fiksi, prosa, dan drama. Banyak hal tentunya yang dapat dijadikan masalah atau subjek penelitian yang menyangkut ketiga bentuk itu, yakni sebagai berikut (Semi, 2012:46):
1) Struktur fiksi: tema; amanat; penokohan; latar; alur; dan gaya penyajian
2) Struktur puisi: diksi; pengimajian; bahasa figuratif; tata wajah; tema; nada dan suasana; kode semantik; kode simbolik, dan kode budaya
3) Struktur drama: penokohan; dialog; nilai teatrikal; dan pemakaian bahasa
4) Jenis fiksi: romantik; realisme; gotik; naturalisme; proletarian; alegori; satire; fiksi sains; dan utopia
5) Jenis puisi: naratif; audotirium; konkret; prismatis; imajis; mbleing; alegori
6) Jenis drama: tragedi; komedi; tragikomedi; melodrama; dan frace
7) Masalah aliran sastra
8) Masalah sejarah dan periodisasi sastra
9) Latar belakang sosial sastra
10) Sastra perbandingan
 
Masalah-masalah tersebut tentu saja dapat dipilah-pilah lagi dalam jumlah yang tidak terbatas. Banyak sekali masalah dan objek penelitian yang harus dipilih. Masalah objek itu tidak akan pernah habis, selama sastra masih diciptakan oleh sastrawan.

a. Contoh Penelitian Sastra Modern
Feminisme: Eksistensi Perempuan dalam drama Iphigenie Auf Tauris Karya Johann Wolfgang Von Goethe
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan eksistensi perempuan dan bagaimana perempuan memperjuangkan eksistensi dirinya. Penelitian ini menggunakan teori feminisme untuk mengidentifikasi eksistensi perempuan dalam sistem patriaki dan bagaimana perempuan berjuang untuk mendapatkan kesetaraan eksistensi dalam kehidupan. Objek penelitian ini adalah drama Iphigenie auf Tauriskarya Johan Wolfgang von Goethe.

B. Beberapa Pendekatan Penelitian Sastra
Tidak banyak ahli yang membicarakan tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian sastra. Pendekatan yang banyak dikenal dan digunakan di antaranya adalah (Semi, 2012:81): 
1) Pendekatan kesejarahan
Pendekatan ini mengandung asumsi dasar bahwa karya sastra merupakan salah satu hasil ciptaan manusia pada suatu zaman yang membawa semangat zamannya (Semi, 2012:81).

2) Pendekatan struktural (objektif)
Pendekatan struktural, sering juga disebut pendekatan objektif, pendekatan formal, atau pendekatan analitik, bertolak dari asumsi dasar bahwa karya sastra sebagai karya kreatif memiliki otonomi penuh yang harus dilihat sebagai suatu sosok yang berdiri sendiri terlepas dari hal-hal lain yang berada di luar dirinya (Semi, 2012:84).

3) Pendekatan moral
Pendekatan moral bertolak dari asumsi dasar bahwa salah satu tujuan kehadiran sastra di tengah masyarakat pembaca adalah berupaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk berbudaya, berpikir, dan berketuhanan (Semi, 2012:89).

4) Pendekatan sosiologis
Pendekatan ini bertolak dari asumsi dasar bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat (Semi, 2012:92).

5) Pendekatan psikologis
Pendekatan ini adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu membahas tentang peristiwa kehidupan manusia. Manusia selalu memperlihatkan perilaku yang beragam (Semi, 2012:96).

6) Pendekatan stilistika
Pendekatan stilistika bertolak dari asumsi bahwa bahasa mempunyai tugas dan peranan yang penting dalam kehadiran karya sastra. Bahasa tidak dapat dilepaskan dari sastra (Semi, 2012:102).

7) Pendekatan semiotik
Pendekatan semiotik bertolak dari asumsi bahwa karya sastra memiliki suatu sistem sendiri yang memiliki dunianya sendiri, sebagai suatu realitas yang hadir atau dihadirkan di hadapan pembaca di dalamnya terkandung potensi komunikatif yang ditandai dengan adanya lambang-lambang kebahasaan yang khas (nilai artistik dan dramatik) (Semi, 2012:108).

8) Pendekatan arketipal.
Pendekatan arketipal muncul bertolak dari pemikiran bahwa sastra tidak hanya bagian dari kehidupan kebudayaan modern, tetapi juga dikenal dan dimiliki oleh masyarakat yang telah maju (Semi, 2012:114).

Daftar Pustaka
Amir, Adriyetti. 2013. Sastra Lisan Indonesia. Yogyakarta: ANDI.
Semi, M. Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Posting Komentar untuk "OBJEK PENELITIAN SASTRA LISAN, TULIS DAN MODERN SERTA JENIS PENDEKATAN PENELITIAN SASTRA"