SYARAT PARAGRAF PENGERTIAN KOHESI DAN KOHERENSI SERTA ENAM CONTOHNYA DALAM PARAGRAF


Syarat sebuah paragraf adalah adanya kesatuan (kohesi) dan kepaduan koherensi. Kesatuan dan kepaduan juga menjadi ciri paragraf yang baik. Artinya, jika paragraf hanya memiliki salah satu syarat tersebut atau tidak memiliki keduanya, maka paragraf tersebut adalah paragraf yang buruk. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai syarat paragraf.

A. Kohesi (Kesatuan)
Istilah kohesi dan koherensi banyak dibahas pada topik wacana. Namun, kohesi dan koherensi juga menjadi syarat dari paragraf. Menurut KBBI Daring (2016a) kohesi merupakan keterikatan antarunsur dalam struktur sintaksis atau struktur wacana yang ditandai antara lain dengan konjungsi, pengulangan, penyulihan, dan pelesapan. Adapun koherensi adalah hubungan logis antara bagian karangan atau antara kalimat dalam satu paragraf (KBBI Daring, 2016b).

Kohesi adalah hubungan perkaitan antarproposisi yang dinyatakan secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat-kalimat yang membentuk wacana (paragraf) (Alwi et al., 427:2003).
Contoh:
Andi : Apa yang kamu baca?
Bayu : Saya membaca buku.

Menurut Prihantini (2015:84) kohesi paragraf ditandai dengan adanya satu pokok pikiran utama. Sehingga, kalimat-kalimat pembentuk paragraf harus ditata secara baik agar tidak ada kalimat yang menyimpang dari kalimat utama/ide pokok pikiran paragraf tersebut. Jika terdapat kalimat yang menyimpang, maka paragraf tersebut tidak utuh.

Secara ringkas kohesi dapat diartikan sebagai kesatuan. Suatu paragraf dikatakan berkohesi (memiliki kohesi/kesatuan) adalah yang memiliki satu kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas. Sebaliknya suatu paragraf dikatakan tidak berkohesi jika memiliki beberapa kalimat utama dan dan kalimat penjelas, sehingga banyak hal yang dibicarakan dalam satu paragraf. 

Chaer (267:2012) berpendapat bahwa kohesi adalah adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam wacana (paragraf). Jika wacana (paragraf) itu kohesif, maka akan tercipta kekoherensian. Menguatkan pendapat Chaer, menurut Muslich (2014:177) kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana (paragraf) sehingga tercipta makna yang apik atau koheren.

Lebih lanjut, menurut Suladi (2015:12) suatu paragraf disebut berkohesi (memiliki kesatuan) apabila paragraf tersebut hanya memiliki satu gagasan utama dan kalimat lain dalam paragraf hanya mengarah pada satu pokok pikiran atau tidak menyimpang dari pokok pembicaraan.

B. Koherensi (Kepaduan)
Koherensi dapat disebut sebagai kepaduan. Menurut Alwi et al., (428:2003) koherensi adalah hubungan perkaitan antarpopsoisi, tetapi perkaitan tersebut tidak secara eksplisit atau nyata dapat terlihat pada kalimat yang mengungkapkannya.
Contoh:
Adik : Kak, lapar sekali.
Kakak : Tuh, dipojok ada warung.

Sebuah pargaraf disebut sebagai paragraf berkoherensi (memiliki koherensi/kepaduan) adalah paragraf yang mempunyai repetisi (pengulangan kata kuci), kata ganti, dan kata transisi. Jika paragraf tidak memiliki tiga hal tersebut, maka tidak dapat disebut sebagai paragraf yang berkehorensi.

Koherensi/kepaduan paragraf ditandai oleh penyusunan kalimat secara logis, melalui ungkapan pengait kalimat. Urutan yang logis dapat diketahui melalui susunan kalimat. Kalimat yang sumbang/melenceng dari permasalahan yang dibicarakan akan membuat paragraf tidak padu (Prihantini, 2015:84).

Menurut Suladi (2015:16) Kepaduan suatu paragraf berkaitan dengan keserasian antarkalimat yang membangun paragraf tersebut. Keserasian hubungan antarkalimat dalam paragraf dapat dibangun dengan menggunakan alat kohesi, baik gramatikal maupun leksikal. Alat kohesi gramatikal yang dapat digunakan untuk membangun paragraf yang padu, antara lain, adalah (1) kata transisi (konjungsi/ungkapan penghubung antarkalimat), (2) referensi (pengacuan), (3) paralelisme (kesejajaran struktur), dan (4) ellipsis (pelesapan). Sementara itu, alat kohesi leksikal, antara lain, berupa (1) sinonim, (2) antonim, (3) hiponim, dan (4) repetisi (pengulangan).

Lebih lanjut, menurut Suladi (2015;16) suatu paragraf dikatakan berkoherensi (memiliki kepaduan) jika terdapat keserasian hubungan antarkalimat dalam paragraf.

Berdasarkan pengertian dari kohesi dan koherensi dapat disimpulkan bahwa ada wacana (paragraf) yang sekaligus kohesif dan koheren. Ada juga wacana (paragraf) yang koheren tapi tidak kohesif. Suatu wacana tidak mungkin kohesif tanpa koheren. Suatu wacana tidak mungkin satu tanpa adanya kepaduan.

Jika dirangkum, maka paragraf yang berkohesi dan berkoherensi memiliki beberapa syarat/unsur berikut:
1. Satu kalimat utama/ide pokok pikiran;
2. Beberapa kalimat penjelas;
3. Tidak ada kalimat yang menyimpang dari kalimat utama;
4. Logis/masuk akal;
5. Menggunakan alat kohesi gramtikal dan leksikal;
6. Repetisi (mengulangi kata kunci);
7. Kata ganti (menggunakan kata ganti yang sesuai);
8. Kata transisi/konjungtor (menghubungkan anatarkalimat); dan
9. Menggunakan kata yang bervariasi agar tidak monoton.

C. Contoh Kohesi dan Koherensi dalam Paragraf
Berikut adalah tujuh contoh paragraf yang kohesif beserta keterangannya. Ingat, paragraf yang kohesif adalah paragraf yang memiliki satu kalimat/topik utama. Bagaimana dengan paragraf campuran? Paragraf campuran adalah paragraf yang letak kalimat utamanya di awal dan akhir paragraf, namun topik yang dibahas tetap satu, sehingga paragraf campuran tetap dikatakan sebagai paragraf yang kohesif, perhatikan contoh nomor lima.

1. Contoh Pertama (Deduktif-Eksposisi)
Sekarang, di Bima sangat sulit mencari lobster. Jangankan lobster, telurnya pun susah diperoleh. Jika pun dapat diperoleh harganya sangat mahal. Beberapa konsumen lebih memilih udang dibandingkan lobster, karena harganya lebih terjangkau. Bahkan, nelayan pun khawatir, sebab jarang-jarang mereka mendapatkan lobster ketika melaut.

Keterangan:
Kalimat utama terletak di awal paragraf, yaitu sulitnya mencari lobster. Kalimat berikutnya adalah kalimat yang menjelaskan tentang akibat dari sulitnya mencari lobster. Berdasarkan letak kalimat utama, paragraf itu adalah paragraf deduktif. Adapun, berdasarkan isinya, disebut dengan paragraf eksposisi. Paragraf tersebut adalah paragraf yang kohesif karena hanya memiliki satu pokok pikiran.

2. Contoh Kedua (Deduktif-Deskripsi)
Ulfa memiliki wajah yang cantik. Alisnya bak kepakan sayap angsa pada lukisan senja. Bulu matanya lentik seperti haluan perahu yang kembali ke dermaga kala magrib. Pernahkah kau melihat luna kala purnama, ya begitulah kedua bola matanya. Tatapannya bercahaya sekaligus menyejukkan hati yang gundah, bagai kejora di cakrawala. Hidungnya lancip, menggambarkan pendiriannya yang teguh. Ah, jika kau tengok bibirnya, kau takkan sempat berkata-kata karena keindahannya. Jangan kau coba merayunya, karena semua kata pada rayuan itu tak cukup untuk memujinya.

Keterangan:
Paragraf tersebut adalah paragraf yang kohesif karena hanya memiliki satu pokok pikiran. Kalimat utama terletak di awal paragraf, yaitu tentang wajah yang cantik. Kalimat berikutnya adalah kalimat yang menggambarkan tentang wajahnya yang cantik, mulai dari bulu mata hingga bibir. Berdasarkan letak kalimat utama, paragraf itu adalah paragraf deduktif. Adapun, berdasarkan isinya, disebut dengan paragraf deskripsi.

3. Contoh Ketiga (Induktif-Narasi)
Roni terus menatap layar di telapak tangannya. Dari kamar, ia menuju balkon hanya duduk bersandar pada dinding. Alif mendekatinya, namun ia tak berani membuka percakapan. Alif tahu ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu. Alif duduk menemani hingga senja mulai menyeruak di ujung langit. Berdua mereka mendengar suara azan magrib dengan menatap langit senja tanpa berkata-kata. Akhirnya, Roni berkata dengan lirih “Lif, semalam Selfi mutusin aku.” Roni telah kehilangan wanita yang selalu dia banggakan.

Keterangan:
Paragraf tersebut adalah paragraf yang kohesif karena hanya memiliki satu pokok pikiran. Paragraf tersebut adalah jenis paragraf induktif, sebab kalimat utama terletak pada akhir paragraf, yaitu Roni berkata dengan lirih ..... Adapun kalimat di awal adalah kalimat yang menjelaskan akibat dari Roni kehilangan kekasihnya. Berdasarkan isi, paragraf itu adalah jenis paragraf narasi (cerita).

4. Contoh Keempat (Campuran-Eksplanasi)
Riset menyatakan bahwa tingginya kolesterol adalah faktor risiko paling besar yang menyebabkan manusia terserang penyakit jantung koroner. Penderita jantung koroner di Eropa disebabkan kadar kolesterol dalam tubuh yang tinggi dengan porsentase 80%. Bahkan, di Amerika hampir 90% penderita jantung koroner disebabkan penderita makan makanan yang berkadar kolesterol tinggi. Begitu juga di Asia, umumnya penderita jantung koroner disebabkan oleh pola makan yang banyak mengandung kolesterol. Dengan demikian, kolesterol merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner (Suladi, 2015:56-57).

Keterangan:
Paragraf tersebut adalah jenis paragraf campuran (deduktif dan induktif) yang kalimat utamanya berada di awal dan akhir paragraf. Kedua kalimat utama itu membahas tentang kolesterol penyebab penyakit jantung koroner. Kalimat lainnya adalah kalimat yang menjelaskan tentang kolesterol yang menimbulkan jantung koroner. Sementara itu, berdasarkan isi, paragraf tersebut adalah paragraf eksplanasi yang menjelaskan tentang penyebab penyakit jantung koroner. Paragraf tersebut adalah paragraf yang kohesif karena hanya memiliki satu pokok pikiran.

5. Contoh Kelima (Ineratif-Eksplanasi)
Gempa bumi dengan kekuatan 6,4 SR terjadi di Lombok. Gempa itu, kemudian disusul dengan gempa di daerah Sulawesi Tengah dengan kekuatan yang lebih besar, yaitu 7,4 SR yang disertai tsunami. Selain gempa, bencana banjir bandang dan longsor juga  terjadi di Sumatera Utara Mandailing Natal. Tahun 2018 adalah tahun bencana untuk Indonesia. Bencana-bencana tersebut menelan korban, baik harta maupun jiwa. Banyak gedung yang rusak akibat gempa da tsunami. Sebagian lahan pertanian bahkan tidak dapat digunakan lagi. Hingga saat ini banyak korban yang belum ditemukan.

Keterangan:
Paragraf tersebut adalah jenis paragraf ineratif jika dilihat dari letak gagasan utamanya. Gagasan/kalimat utama pada paragraf ineratif terletak di tengah paragraf. Adapun kalimat utama pada paragraf tersebut adalah “Tahun 2018 adalah tahun bencana untuk Indonesia.” Sementara itu, menurut isi paragraf, jenis paragraf itu adalah paragraf eksplanasi, sebab menjelaskan tentang suatu rentetan keadaan bencana di Indonesia pada tahun 2018. Paragraf tersebut adalah paragraf yang kohesif karena hanya memiliki satu pokok pikiran.

6. Contoh Keenam (Induktif-Argumentatif)
Calon mahasiswa harus mengetahui latar belakang (prodi) yang akan dipilih. Sebab,  banyak mahasiswa yang menyesal setelah memilih prodinya. Tidak jarang yang memilih mundur dan mengganti prodi. Oleh karena itu, pastikan Anda sudah mencari dan membaca kurikulum prodi yang ingin Anda pilih sebelum memutuskan untuk kuliah pada prodi tersebut. Kedua, pastikan masa depan prodi yang Anda pilih. Apakah memiliki peluang besar ketika mencari kerja atau sebaliknya? Sebab, menurut saya, alasan orang untuk kuliah umumnya untuk mencari kerja. Jangan memilih prodi hanya karena prodi tersebut “terlihat keren”.  Oleh karena itu, melanjutkan untuk kuliah tidak boleh diputuskan secara sembarangan, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan, salah satunya adalah pemilihan program studi (prodi).

Keterangan:
Paragraf tersebut adalah paragraf yang kohesif karena hanya memiliki satu pokok pikiran, yaitu tidak bolehnya memutuskan untuk kuliah secara sembarangan. Berdasarkan letak kalimat utama,  paragraf tersebut adalah jenis paragraf induktif, sebab kalimat utama terletak pada akhir paragraf, yaitu “Oleh karena itu, melanjutkan untuk kuliah tidak boleh ....” Sementara itu, berdasarkan isi paragraf, paragraf tersebut adalah paragraf argumentasi/argumentatif.

Referensi
Alwi, H., Dardjowidjojo, S., Lapoliwa, H., & Moeliono, A. M. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Tiga). Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer, A. (2012). Linguistik Umum (Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
KBBI Daring. (2016a). Diambil 9 Mei 2020, dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kohesi
KBBI Daring. (2016b). Diambil 9 Mei 2020, dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/koherensi
Muslich, M. (2014). Garis-Garis Besar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Prihantini, A. (2015). Master Bahasa Indonesia. Yogyakarta: B First.
Suladi. (2015). Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Paragraf. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Posting Komentar untuk "SYARAT PARAGRAF PENGERTIAN KOHESI DAN KOHERENSI SERTA ENAM CONTOHNYA DALAM PARAGRAF"