PRODUKSI UJARAN (PENGERTIAN DAN PROSES)

A. Pengertian
Produksi ujaran adalah cara manusia dalam mengemukakan gagasannya. Menurut Herman dalam Saputra dan Kuntarto (2018) produksi ujaran adalah bagaimana manusia merencanakan pengungkapan bahasa secara lisan maupun tulisan. 

B. Proses Produksi Ujaran
Secara umum langkah dalam memproduksi ujaran seperti yang dikemukakan oleh Dardjowidjojo (2012:117) dapat dibagi menjadi empat tingkat: (1) tingkat pesan, di mana pesan yang akan disampaikan diproses, (2) tingkat fungsional, di mana bentuk leksikal dipilih kemudian diberi peran dan fungsi sintaktik, (3) tingkat posisional, di mana konstituen dibentuk dan afiksasi dilakukan, dan (4) tingkat filologi, di mana struktur fonologi ujaran itu diwujudkan. Selanjutnya, proses produksi ujaran diawali oleh tindakan perencanaan dan pelaksanaan. Pada tindak perencanaan hal-hal yang olah adalah wacana, kalimat, dan konstituen. Kemudian pada tindak pelaksanaan hal-hal yang diolah adalah program artikulasi dan artikulasi. 

1) Pada tingkat pesan, pembicara mengumpulkan nosi-nosi dari makna yang ingin disampaikan. 

2) Pada tingkat fungsional, yang diproses ada dua hal. Pertama, memilih bentuk leksikal yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan dan informasi gramatikal untuk masing-masing yang telah dikenal. Proses kedua pada tingkat fungsional adalah proses memberikan fungsi pada kata yang telah dipilih. Proses dalam hal ini menyangkut hubungan sintaktik gramatikal atau fungsi gramatikal. 

3) Pada tingkat pemrosesan posisisonal, diurutkan bentuk leksikal untuk ujaran yang akan dikeluarkan. Pengurutan bentuk leksikal untuk ujaran yang akan dikeluarkan. Pengurutan ini bukan berdasarkan pada jejeran yang linear tetapi pada kesatuan makna yang hierarkis. 

4) Setelah pengurutan selesai, diproseslah afiksasi yang relevan. Hasil dari pemrosesan posisional ini dikirim ke tingkat fonologi untuk diwujudkan dalam bentuk bunyi. 

Saat memproduksi ujaran, seseorang akan mulai merencanakan yang berkaitan dengan topik yang akan diujarkan, kemudian turun ke kalimat yang akan dipakai, dan diturunkan kembali ke konstituen yang akan dipilih. Setelah itu, barulah dia masuk ke pelaksanaan dari yang akan diujarkan. Hal ini mencakup rencana artikulasi dan bagaimana mengartikulasikannya. 

Clark dan Clark dalam Dardjowidjojo (2012:129) mendefinisikan prosedur ini, sebagaimana berikut: 

1) Perencanaan Produksi Wacana 
Wacana dibagi menjadi dua macam (a) dialog dan (b) monolog. Perbedaan utama antara dua macam ini terutama terletak pada tindak interaksi antara pembicara dengan pendengar. Pada dialog terdapat paling tidak dua pelaku, yakni yang berbicara dan yang diajak bicara, interlokutornya. Pada wacana monolog hanya terdapat satu pelaku saja. Kalau wacana itu lisan, hanya ada satu pembicara; kalau wacana tulis, hanya penulis sebagai pelakunya. 

Wacana tertulis di samping menempati ruang juga disusun dan dibaca pada saat-saat tertentu dalam waktu. Dimensi waktu serupa diberikan pada teks lisan melalui tindak pemroduksian teks oleh penutur dan tindak penerimaan teks oleh mitra tutur dalam waktu khusus. 

Sebagaimana contoh di bawah ini: 
You must made a strong point there.
(Anda harus mengajukan pendapat yang kuat di sana.) 

That claim was rather week.
(Klaim itu agak lemah.) 

In the next section I present on opposing view. 
(Dalam bagian yang akan datang saya mengajukan satu pandangan bertentangan.) 

The last chapter was extremely boring 
(Bab terakhir itu amat membosankan.)

Dalam kedua ujaran yang pertama, istilah deiksis tempat `there` dan `that` menempatkan pendapat dan klaim dalam konteks wacana sebelumnya. Dalam ujaran terakhir, ungkapan deiksis waktu `next` dan `last` sebagai referennya memiliki masing-masing bagian konteks wacana sebelumnya dan yang akan datang. Fungsi deiksisnya dalam ujaran-ujaran ini erat kaitannya dengan fungsi deiksis waktu. `This` dan `that` dan erat hubungannya dengan pendukung ujaran-ujaran ini dalam waktu yang riil sebagai bagian (yang paling mungkin) dari teks lisan. Dengan cara demikian, penutur ujaran yang pertama mengacu pada satu pendapat yang telah dilontarkan oleh penutur beberapa waktu sebelumnya. 

2) Perencanaan Produksi Kalimat
Menurut Clark, sebagaimana dikutip oleh Dardjowidjojo (2012), terdapat tiga kategori yang perlu diproses: muatan proposional (prpotional content), muatan ilokusioner dan struktur tematik. 

Pada muatan proposional pembaca akan mendapatkan pembicara menentukan proposisi apa yang ingin dia nyatakan. Sedangkan pada muatan ilokusioner adalah makna yang akan diwujudkan itu seperti apa. Di sinilah peran tindak ujar muncul. Kemudian pada struktur tematik berkaitan dengan penentuan berbagai unsur dalam kaitannya dengan fungsi gramatikal atau semantik dalam kalimat.

3) Perencanaan Produksi Konstituen
Setelah perencanaan kalimat selesai dibuat, maka beralihlah pembicara pada tataran konstituen yang membentuk kalimat tersebut. Di sinilah dipilihnya kata yang maknanya tepat seperti yang dikehendaki. Seandainya referennya adalah seorang pria, maka kalau dia suka dengan orang tersebut, maka pilihan katanya adalah si rajin atau ustaz. Sebaliknya, jika pembicara adalah pembenci pria, yang mungkin dipilihnya adalah si pemalas. Dengan demikian, kalimat di bawah (a) dan (b) merujuk pada referen yang sama. 

(a) Tuh, si rajin duduk
(b) Tuh, si malas duduk 

Daftar Istilah:
Nosi: Makna yang terkandung dalam sebuah kalimat
Deiksis: Hal atau fungsi yang menunjuk pada sesuatu di luar bahasa. Kata yang mengacu pada persona, waktu, dan tempat suatu tuturan.

Referensi 
Dardjowidjojo, Soenjono. 2012. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor. 
Saputra, Herly Octa and Eko Kuntarto. 2018. “Produksi Ujaran” Repository.Unja.Ac.Id.

Jika ada yang ingin ditanyakan silahkan tulis di kolom komentar.

Posting Komentar untuk "PRODUKSI UJARAN (PENGERTIAN DAN PROSES) "