NASKAH DRAMA (PENGERTIAN, CIRI, STRUKTUR, CARA PENYUSUNAN, DAN CONTOH)


A. Pengertian Naskah Drama 
Naskah drama terdiri dari dua kata, yaitu naskah dan drama. Naskah menurut KBBI (Tim Redaksi, 2008:998) adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan. Adapun drama diartikan sebagai komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (peran) atau dialog yang dipentaskan. 

Wujud drama secara fisik adalah naskah drama. Naskah drama pada dasarnya adalah “bahan mentah” untuk pementasan (Yudiaryani, 2007). Menurut Wiyanto dalam Magdalena (2017:25) drama adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Adapun menurut Leksono dalam (Subekti, 2013) naskah drama merupakan suatu rangkaian perucapan maupun percakapan, dalam bentuk tulisan yang tersusun sedemikian rupa, dengan mempertimbangkan tema, isi, alur cerita, maupun irama. 

Jadi, dapat disimpulkan bahwa, naskah drama adalah karangan atau tulisan berbentuk dialog dan disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan unsur intrinsik sastra yang menggambarkan kehidupan dan watak makhluk hidup. 

B. Ciri Naskah Drama 
Naskah drama memiliki ciri yang membedakannya dengan jenis sastra lain. Berikut adalah beberapa ciri naskah drama. 

1. Naskah drama didominasi oleh dialog.
2. Narasi dalam naskah drama ditulis sebagai petunjuk pementasan.
3. Terdapat teks sampiran/sampingan/penunjuk (nebentext) yang menjelaskan keadaan cerita.
4. Terdapat teks petunjuk berupa gerakan, ekspresi, peralatan, latar, cara pengucapan dialog, atau keadaan panggug. 
5. Teks sampiran/sampingan/penunjuk (nebentext) ditulis dengan cara dimiringkan, garis bawah, huruf kapital semua, atau ditulis di dalam tanda kurung. 
6. Cerita dikisahkan secara tidak langsung melalui dialog.
7. Terdiri dari beberapa babak.
8. Pada setiap babak berisi adegan.
9. Alur cerita diceritakan melalui dialog antara tokoh-tokoh.
10. Alur cerita terlihat pada perubahan babak dan/ adegan.
11. Jika dibandingkan dengan novel, naskah drama memiliki jumlah tokoh yang sedikit.

C. Struktur/Unsur Naskah Drama 
Naskah drama terdiri dari beberapa struktur atau unsur yang membentuknya. Berikut adalah struktur atau unsur pembentuk naskah drama. 

1. Judul: nama dari naskah drama. 
2. Tokoh dan perwatakan: nama dari setiap tokoh yang terlibat dalam cerita serta karakternya. 
3. Babak: bagian besar dalam naskah drama yang terdiri dari beberapa adegan. 
4. Prolog: cerita pembuka suatu kisah dalam naskah drama atau kata pendahuluan sebagai pengantar untuk memberikan gambaran umum tentang pelaku, konflik atau hal yang terjadi dalam drama. 
5. Adegan: permunculan tokoh atau suasana baru atau biasanya diiringi dengan pergantian latar atau alur. 
6. Dialog (hauptext): percakapan antara dua tokoh atau lebih. 
7. Teks sampiran/samping/petunjuk (nebentext): petunjuk lakuan tokoh dan keadaan panggung. 
8. Epilog: cerita penutup dalam naskah drama yang mengakhiri sebuah cerita. 

D. Cara Penyusunan
Cara penyusunan naskah drama dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu naskah asli dan naskah saduran. Berikut adalah cara penyusunan tiga jenis naskah tersebut. 

1. Naskah Asli 
Menurut Nuryanto (2017:191) setidaknya terdapat tujuh tahap yang harus dilakukan untuk membuat naskah drama, yaitu menentukan tema, menentukan persoalan, membuat sinopsis (ringkasan cerita), menentukan kerangka cerita, menentukan protagonis, menentukan cara penyelesaian, dan menulis. 

2. Naskah Saduran
Naskah saduran adalah naskah yang diubah secara bebas dari jenis sastra lain, cerita, atau bahasa lain tanpa merusak garis besar cerita aslinya. Berikut adalah tahap yang diperlukan untuk menyadur sebuah cerita ke dalam bentuk drama. (1) Membaca naskah asli. (2) Memahami unsur intrinsik sebuah cerita. (3) Menandai dengan cara mencatat hal penting dalam naskah. (4) Membuat kerangka naskah berdasarkan unsur/struktur naskah. (5) Menulis naskah drama. (6) Evaluasi naskah drama. 

E. Contoh Naskah Drama 
Berikut adalah beberapa contoh naskah drama. 

1. Naskah Kejahatan Membalas Dendam Karya Idrus 

PARA PELAKU 
ISHAK, -- Pengarang muda. 
SATILAWATI, -- Tunangannya. 
KARTILI, -- Dokter, teman Ishak. 
ASMADIPUTERA, -- Meester in de rechten, teman Ishak. 
SUKSORO, -- Pengarang kolot, ayah Satilawati 
PEREMPUAN TUA, -- Nenek Satilawati 

BABAK PERTAMA 
Sebuah jalan yang sepi di Jakarta. Di sebelah kanan agak ke muka sebuah lentera gas, menerangi jalan itu sedikit ketika layar dibuka. 

Adegan pertama 
Seorang agen polisi mondar-mandir, lalu pergi. 

Adegan kedua 
Sudah itu muncul dari kanan seorang perempuan muda, melihat ke sana ke mari. 

Adegan ketiga 
Dari sebelah kiri masuk seorang laki-laki. Orang-orang dalam babak ini berbicara seperti ketakutan, tidak lepas suaranya. 

ISHAK: Tepat betul datangnya. Pukul sepuluh. Hari Selasa. 
SATILAWATI: (terkejut) Aku kira engkau tidak akan datang. 
ISHAK: Asmadiputera dan Kartili mana? 
SATILAWATI: Segera menyusul. Apa yang akan kau katakan kepadaku? 
ISHAK: Banyak sekali. Tapi yang terpenting ialah: aku cinta padamu. 
SATILAWATI: Kalau itu tidak perlu di sini benar. Mari kita ke rumah. 
ISHAK: Aku akan pergi. 
SATILAWATI: Pergi? Ke mana? 
ISHAK: Jauh, jauh sekali. Di rumahmu aku tidak dapat bercakap. 
SATILAWATI: Mengapa? 
ISHAK: Tidak boleh orang mendengarnya, ayah pun tidak. 
SATILAWATI: Tapi ayah selalu baik kepada kita. Lagi ia tidak ada di rumah sekarang. Pergi menjemput nenek ke setasiun. 
ISHAK: Yang baik sekarang ini hanya Asmadiputera, Kartili dan engkau, Satilawati. SATILAWATI: Aku seperti main dalam cerita detektip saja rasanya. 
ISHAK: Tidak banyak bedanya, Satilawati. Aku harus berbicara dengan tunanganku dalam gelap, di jalan yang sunyi. Ha, ha, ha, ha. 
SATILAWATI: Tapi apa yang hendak kaukatakan? 
ISHAK: Engkau pelupa rupanya. Sebentar ini baru kukatakan. Aku cinta padamu dan aku akan pergi. 
SATILAWATI: Engkau menyebutkan cinta dan pergi itu dalam satu nafas saja. Seakan-akan ada hubungannya antara kedua itu. 
... dst. 

2. Naskah 9 Oktober 1740: Drama Sejarah karya Remy Syaldo 

Babak Satu 

Batavia 

Adrian Valckenier menuruni anaktangga-anaktangga gedung Stadhuis menemui Wouter Ruyter yang berdiri di bawah dekat pohon palem batang merah. Bulan purnama mulai tampak di langit, tidak bulat, sebab terhalang awan kelabu yang bergerak pelan ke arah barat-laut, dan sosok keduanya tampak samar. Sambil menatap tajam dengan matanya yang bulat, nyaris seperti mata burunghantu, dan mengelus-elus dagunya yang tersusun dua lipatan dengan lehernya, pertanda dia bukan orang kurus, Adriaan Valckenier berkata ragu-ragu kepada Wouter Ruyter: 

”Anda yakin di depan Stadhuisplein sana bisa ditangkap itu putra De Wit dan putri Cina? Jangan dulu cepat-cepat menjawab pertanyaan. Anda tahu, dengan menangkap keduanya aku ingin sambil menyelam meminum air. Ya, aku mau tahu jaringan gerakan Cina yang akan berontak melawan kekuasaan Belanda, lantas menghantam mereka sampai tuntas sekaligus menghajar De Wit biar kapok.” 

Dan Wouter Ruyter bermegah diri dengan sikap berbelit, menjawab dengan kata-kata yang paling disukainya, kata-kata yang menjadi ciri perangainya, menganut laba dengan sikut. Katanya: 

”Ya, sumpah, walaupun langit runtuh. Percayalah, demi Anda, Tuan Gubernur Jendral, takkan meleset rencana yang sudah tersusun. Sahabat kental Hein de Wit: Karel Dijkstra sudah menjamin kepadaku demi keuntungannya bahwa jam sepuluh nanti mereka bertemu di situ.” 

Adrian Valckenier memicing mata. Tampaknya membayang-bayangkan sesuatu yang asing. Katanya: 

”Siapa itu Karel Dijkstra?” 

Jawab Wouter Ruyter dengan bangga: 

”Dialah karib Hein de Wit, musuh dalam selimut baginya. Biar aku panggil dia ke sini sekarang dari tempatnya bersembunyi di gelap sana.” 
... dst. 

Referensi: 
Magdalena, Y. (2017). Unsur Intrinsik Drama “Tangis” Karya P. Haryanto dan Rancangan Pembelajarannya Berbentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Universitas Sanata Dharma. 
Nuryanto, T. (2017). Apresiasi Drama. Depok: Rajawali Pers. 
Subekti, R. (2013). Penerapan Teknik Meniru Mengolah Mengembangkan (3M) dalam Peningkatkan Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa Kelas VIII SMP Ma’arif Kalibawang Wonosobo Tahun Pelajaran 2013/2014. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 
Tim Redaksi. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. 
Yudiaryani, Y. (2007). Penulisan Naskah Drama. In Pelatihan Teater Modern Riau. Riau: ISI Yogyakarta. 

Jika ada yang ingin ditanyakan silahkan tulis di kolom komentar.

Posting Komentar untuk "NASKAH DRAMA (PENGERTIAN, CIRI, STRUKTUR, CARA PENYUSUNAN, DAN CONTOH) "