KRITIK SASTRA IMPRESIONISTIK (PENGERTIAN DAN CONTOH)

A. Pengertian Kritik Sastra Impresionistik
Menurut Abrams dalam Pradopo (2011:25) kritik impresionsitik adalah kritik yang berusaha menggambarkan dengan kata-kata sifat-sifat yang terasa dalam bagian-bagian khusus atau dalam karya sastra, dan mengekspresikan tanggapan-tanggapan (impresi) kritikus yang ditimbulkan secara langsung oleh karya sastra tersebut.

Kritik sastra impresionistik disebut juga kritik yang estetik. Menurut Eliot dalam Pradopo (2011:25) kritik sastra impresionistik adalah kritik yang membuat kritikus menujukkan kesan-kesannya terhadap suatu objek. Ia memberikan tafsiran-tafsiran untuk mengagumkan pembaca, untuk menimbulkan kesan yang indah kepada pembaca. Dalam kritik yang impresionistik kritikus hanya menceritakan kembali apa yang dibaca dan memberi tafsiran, atau memuji-muji sifat-sifat objek yang terdapat dalam karya sastra. Jadi, kritikus tidak memberi penilaian kepada karya sastra itu sendiri.

B. Contoh: Kritik Impresionistik oleh Arthur Symons
“Anthony dan Cleopatra adalah yang paling indah dari semua drama Shakespeare saya rasa...”. Selanjutnya Symons menceritakan bahwa Cleopatra adalah wanita yang paling mengagumkan dari segala wanita:

“Ratu yang mengakhiri dinasti Ptelomies telah menjadi bintang para penyair, sebuah bintang yang jahat (buruk) yang memancarkan cahaya yang mencelakakan, dari Horace dan Propertius sampai Victor Hugo: dan tidak hanya kepada penyair saja....” menurut Eliot dalam Pradopo (2011:25) Kritik impresionistik bukanlah esai tentang seni atau karya intelek; melainkan itu menunjukkan bahwa Symons sedang hidup dalam drama seperti orang yang hidup dalam pertunjukkan sandiwara.

“Pada akhir hidupnya Cleopatra mencapai kehormatan yang tertentu... ia akan seribu kali lebih suka mati daripada hidup sebagai hinaan atau kutukan mulut-mulut orang, ... ia adalah wanita yang terakhir ... maka ia meninggal ... drama berakhir dengan mengharukan.”

Kesan-kesan Symons ini menyerupai tipe bacaan sastra populer, di mana cerita-cerita dan drama-drama atau novel diceritakan kembali, motif-motif pelaku ditunjukkan. Hal yang semacam ini hanya mempermudah orang yang baru mulai belajar membaca karya sastra (Eliot dalam Pradopo, 2011:25).

Jadi, kritik sastra impresionistik itu belum mencapai tujuan pokok kritik sastra, yaitu baik buruk dan bermutu tidaknya karya sastra. Sebab berdasarkan pengertian kritik sastra menurut Jasiin dalam S., K. Yudiono (1986:20) menyatakan, bahwa kritik kesusastraan ialah pertimbangan baik atau buruk sesuatu hasil kesusastraan dengan memberikan alasan-alasan mengenai isi dan bentuknya. Sehubungan dengan itu, kritik impresionsitik juga tidak memenuhi fungsi sebuah kritik sastra yang dikemukakan oleh Semi (1989:24) yaitu: (1) untuk pembinaan dan pengembangan sastra; (2) untuk pembinaan kebudayaan dan apresiasi seni; dan (3) untuk menunjang ilmu sastra.

Kritik sastra yang impresionistik itu harganya hanya sebagai bacaan saja. Memang ini pun ada gunanya, yaitu mungkin karena banyaknya karya sastra yang harus dibaca, tak mungkinlah kita membaca semuanya hingga penceritaan kembali secara ringkas ini memudahkan kita untuk mengetahui karya-karya sastra yang tidak sampai kepada kita (Pradopo, 2011:25).

Berdasarkan beberapa uraian tersebut, maka kritik impresionistik bukanlah sebuah kritik yang baik. Karena bersifat subyektif dan tidak mencerminkan kritik yang baik. Kritik sastra impresionistik tidak berpedoman pada teori tertentu karena kritik ini hanya memujui objek-objek yang terdapat dalam sebuah karya sastra.

Daftar Pustaka
S., K. Yudiono. 1986. Telaah Kritik Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.
Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2011. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra Teori dan Penerapannya.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


Posting Komentar untuk "KRITIK SASTRA IMPRESIONISTIK (PENGERTIAN DAN CONTOH)"