RAGAM ATAU JENIS-JENIS BAHASA
Bahasa Indonesia terdiri dari berbagai macam ragam/jenis. Ragam bahasa Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan beberapa jenis yakni (1) ragam bahasa berdasarkan sudut pandang penutur: ragam individu; ragam kelompok sosial; ragam daerah; ragam fungsi; dan ragam sikap penutur. Kedua ragam bahasa berdasarkan sarana penyampaian: ragam lisan dan tulis. Ketiga, ragam bahasa berdasarkan situasi.
1. Ragam Bahasa Berdasarkan Sudut Pandang Penutur
Terdapat lima ragam bahasa yang dikategorikan berdasarkan sudut pandang penuturnya. Ragam itu adalah ragam individu; ragam kelompok sosial; ragam daerah; ragam fungsi; dan ragam sikap penutur. Berikut adalah uraian dari kelima ragam tersebut.
a. Ragam individu/idiolek
Ragam individu atau idiolek adalah ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Ragam ini adalah ragam yang mencirikan individu tertentu. Beberapa ciri yang dapat dilihat yakni pemakaian lafal, tata bahasa, atau diksi yang digunakan oleh pemakai bahasa. Misalnya, gaya bahasa mantan presiden SBY berbeda dengan gaya bahasa B. J. Habibie. Gaya bahasa Pramoedya Ananta Toer berbeda dengan Nh. Dini. Bahkan gaya bahasa Anda dengan teman Anda juga berbeda.
b. Ragam kelompok sosial/sosiolek
Ragam kelompok sosial atau sosiolek adalah ragam bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial atau anggota masyarakat tertentu (Prihantini, 2015:6). Ragam ini adalah ragam yang mencirikan pengguna bahasa berdasarkan strata sosial. Ciri yang dapat dilihat dalam ragam ini adalah daftar kosakata dan pemilihannya. Misalnya, ragam bahasa orang berpendidikan dengan orang yang belum berpendidikan. Ragam bahasa mahasiswa dengan pelajar. Ragam bahasa wanita, pria, anak kecil, supir, petani, ustadz, guru, dan kelompok sosial lainnya.
c. Ragam daerah/dialek
Ragam daerah atau dialek adalah ragam atau variasi bahasa yang digunakan oleh anggota masyarakat yang berasal dari wilayah tertentu (Prihantini, 2015:5). Ragam ini adalah ragam yang mencirikan pengguna bahasa berdasarkan daerahnya. Ciri yang dapat dilihat dari ragam ini adalah daftar kosakata dan pelafalan. Ciri dialek bersifat temporal atau berdasarkan kurun waktu tertentu, misalnya bahasa Melayu pada zaman Sriwijaya, bahasa Indonesia pada zaman kolonial, atau bahasa Indonesia dengan ejaan lama. Contoh ragam daerah, dialek, atau logat adalah bahasa Indonesia logat Papua, Medan, dan Jawa atau bahasa Bima logat Wera, Sape, dan Ngali.
d. Ragam fungsi/fungsiolek
Ragam fungsi atau fungsiolek adalah ragam bahasa yang digunakan dalam suatu bidang tertentu (Prihantini, 2015:6). Ragam bahasa ini adalah ragam yang mencirikan pengguna bahasa berdasarkan fungsi bahasa pada bidang yang digeluti atau pekerjaan yang dilakukan. Ciri khas ragam ini adalah pemilihan kosakata atau daftar kosakata yang sering digunakan. Misalnya ragam bahasa jurnalistik, penelitian, hukum, kedokteran, atau militer.
e. Ragam sikap penutur
Ragam sikap penutur adalah ragam bahasa yang digunakan oleh pemakai bahasa terhadap orang yang diajak komunikasi. Ragam ini juga dikenal dengan langgam atau gaya. Ragam ini bergantung pada sikap penutur/penulis terhadap lawan bicara/pembaca (Alwi et al., 2003:5). Ragam ini dipengaruhi oleh umur, kedudukan atau pangkat, keakraban, pokok persoalan, atau tujuan penyampaian informasi. Misalnya seorang anak yang bicara pada orang yang lebih tua. Bawahan yang berbicara pada atasan. Obrolan tentang masa sekolah antara dua sahabat. Pembicaraan tentang agama. Seorang orator yang sedang memengaruhi pendengarnya.
2. Ragam Bahasa Berdasarkan Sarana Penyampaian
Ragam bahasa berdasarkan sarana penyajian adalah ragam bahasa yang dikategorikan berdasarkan alat atau media penyampaian bahasa. Alat atau media penyampaian bahasa dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu ragam bahasa lisan, tulisan, dan isyarat.
a. Ragam lisan
Ragam lisan adalah ragam yang menggunakan alat ucap sebagai sarana penyampaian bahasa. Ragam lisan adalah ragam bahasa pertama dan primer yang ada pada setiap masyarakat. Penggunaan ragam lisan disertai dengan suara (lafal dan intonasi), mimik wajah, dan gerak-gerik anggota badan. Misalnya berbicara, pidato, ceramah, diskusi, pembawa acara, dan aktivitas bahasa lain yang lebih banyak menggunakan alat ucap.
b. Ragam tulis
Ragam tulis adalah ragam bahasa yang menggunakan simbol-simbol tertulis sebagai sarana penyampaiannya. Berbeda dengan ragam lisan, ragam tulisan adalah ragam sekunder. Artinya, ragam ini adalah ragam yang datang belakangan setelah ragam lisan. Selain itu ragam tulisan bukanlah ragam yang sering digunakan oleh manusia. Manusia dalam kesehariannya lebih sering menggunakan ragam lisan. Penggunaan ragam tulisan disertai dengan penggunaan huruf, angka, dan tanda baca. Misalnya menulis, cerpen, novel, puisi, makalah, penelitian, undang-undang, dan jenis atau aktivitas bahasa lain yang lebih banyak menggunakan simbol-simbol berupa huruf, angka, dan tanda baca.
c. Ragam isyarat
Ragam selanjutnya adalah ragam isyarat. Ragam isyarat adalah ragam bahasa yang menggunakan gerak anggota tubuh sebagai sarana penyampaiannya. Ragam ini dalam penggunaannya disertai dengan gerakan mulut dan tangan. Perbedaan mendasar ragam isyarat dengan ragam bahasa lisan adalah pada suara. Ragam lisan harus disertai dengan suara. Adapun ragam isyarat tidak mensyaratkan suara, baik dalam bentuk lafal atau intonasi. Contoh penggunaan ragam isyarat adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan tunarungu atau tunawicara. Penerapan bahasa ini dapat dilihat pada siaran televisi program berita. Pada bagian kanan, terdapat gambar kotak berisi orang yang menggerakkan tangan dan mulutnya.
3. Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi
Kategori ragam bahasa yang terakhir adalah ragam bahasa berdasarkan situasi. Ragam bahasa ini adalah jenis bahasa yang dikategorikan berdasarkan situasi atau keadaan penggunaan bahasa. Ragam bahasa ini dibagi dalam dua jenis, yakni ragam bahasa baku dan ragam bahasa nonbaku. Berikut adalah penjelasan dari dua jenis ragam bahasa tersebut.
a. Ragam baku
Ragam bahasa baku adalah ragam bahasa yang digunakan pada situasi formal. Ragam bahasa ini identik dengan pengguna bahasa yang berpendidikan. Ciri ragam bahasa ini adalah ketaatan pengguna bahasa terhadap aturan tata bahasa dan ejaan. Ragam bahasa ini bersifat kemantapan dinamis, artinya kebakuan atau standar kaidah bahasa dapat berubah, namun tidak setiap saat. Standar kebakuan bahasa Indonesia adalah KBBI, ejaan, dan tata bahasa (fonologi, morfologi, dan sintaksis). Contoh ragam bahasa ini dapat dilihat atau biasanya diterapkan pada situasi formal. Misalnya dunia pendidikan, pidato kenegaraan, acara diskusi akademik, tulisan akademik, dan jenis tulisan formal lainnya.
b. Ragam nonbaku
Ragam bahasa selanjutnya adalah lawan dari ragam bahasa baku, yakni ragam bahasa nonbaku. Ragam bahasa nonbaku adalah ragam bahasa yang digunakan pada keadaan nonformal atau tidak resmi. Ciri ragam bahasa ini adalah ketidaktaatan pengguna bahasa pada kaidah dan aturan berbahasa Indonesia yang benar. Ragam bahasa ini bersifat dinamis, berubah sewaktu-waktu. Bahasa nonbaku adalah bahasa keseharian. Selama komunikasi dapat berjalan dengan baik, maka ragam bahasa ini digunakan. Misalnya, obrolan di kampung atau pemukiman, obrolan di luar kelas, bahasa pada sinetron, atau jenis bahasa lain yang bersifat nonformal/tidak resmi.
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M. Moeliono. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Tiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Prihantini, Ainia. 2015. Master Bahasa Indonesia. Yogyakarta: B First.
Posting Komentar untuk "RAGAM ATAU JENIS-JENIS BAHASA"