SASTRA DAN ESTETIKA

Estetika sastra adalah aspek-aspek yang terkandung dalam sastra. Pada umumnya, aspek keindahan sastra didominasi oleh gaya bahasa. Keindahan bahasa tidak terkandung dalam keindahan bentuk huruf melainkan dalam isinya. Keindahan sastra terkandung dibalik huruf-huruf yang tampak. Aspek estetika yang jauh lebih penting ditimbulkan melalui keseimbangan antarunsur karya.

Dikaitkan dengan sifat-sifat dasar yang dimilikinya, demikian juga relevansinya dalam kehidupan bermasyarakat, maka estetika, etika, dan logika disebut sebagai trilogi indah-baik-benar. Pada umumnya estetikalah yang tersubordinasikan terhadap etika dan logika. Artinya, suatu benda disebut indah apabila juga mengandung nilai etika dan logika.

Hakikat karya sastra adalah keindahan, maka yang digunakan sebagai tolok ukur keindahan suatu karya adalah keindahan bahasa itu sendiri. Meskipun demikian, kesusastraan sebagai hasil kebudayaan harus berfungsi untuk masyarakat. Jika dikaitkan dengan pemahaman Aristoteles, yaitu sastra sebagai katarsis, maka pada dasarnya sastra lebih banyak difungsikan sebagai alat untuk mengajar. Sastra juga berhubungan dengan masalah manfaat (utile) dan nikmat (dulce) atau prodesse dan delectare.

Sebagai aktivitas kreatif yang didominasi oleh imajinasi, karya sastra juga menampilkan nilai logika. Secara intrinsik setiap karya sastra adalah entitas yang cukup diri, dihasilkan oleh subjek kreator, dalam ruang dan waktu tertentu. Karya sastra dengan logika tampak lebih dekat dalam karya sastra lama, sama halnya dengan hubungan karya sastra dengan etika. Karya sastra tidak secara keseluruhan merupakan imajinasi. Banyak unsur karya sastra yang bersifat logis, bahkan benar dalam pengertian sesungguhnya, sebagai kebenaran pembuktian. 

Pada umumnya kebenaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu kebenaran agama, filsafat, ilmu pengetahuan, dan kebenaran seni. Berdasarkan proses terjadinya karya sastra, ada tiga tingkat kebenaran yang perlu dipertimbangkan, yaitu: kebenaran faktual, kebenaran fiksional, dan kebenaran reseptif.

Menurut Andre Jolles, terdapat sembilan bentuk genre sastra universal, di antaranya adalah: legend, saga, myth, riddle proverb, case, memoir, dan joke. Menurut Wellek dan Warren genre adalah sejenis institusi dan lembaga sosial. Sebagai lembaga maka ada prinsip-prinsip yang mengatur bentuk sastra. Teori genre modern bersifat deskriptif. Ciri-cirinya antara lain: (a) tidak membatasi jumlah genre; (b) tidak ngarang; (c) merupakan gabungan genre; (d) mementingkan ciri-ciri persamaan secara umum, bukan perbedaan; (e) sesuai dengan doktrin romantik setiap karya merupakan totalitas otentik.

Simbol, tanda, lambang, dan isyarat digunakan untuk mencapai suatu tujuan dengan cara-cara yang tidak langsung. Dalam bidang sastra, sebagai makna pesan, Frye membedakan simbol menjadi lima fase, yaitu: (a) fase literal, simbol sebagai motif dan tanda; (b) fase deskriptif, simbol sebagai motif dan tanda; (c) fase formal, simbol sebagai citra; (d) fase mistis, simbol sebagai arketipe, dan (e) fase anagogis, simbol sebagai pusat pengalaman literer seseorang secara total (monad).

Saya lupa untuk referensi tulisan ini. Jika ada yang ingin ditanyakan silahkan tulis di kolom komentar.

Posting Komentar untuk "SASTRA DAN ESTETIKA"