KALIMAT (PENGERTIAN, CIRI/SYARAT, UNSUR, STRUKTUR, BENTUK DASAR, DAN JENIS)


A. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah kesatuan ujaran yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan yang diawali oleh huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca (titik, seru, atau tanya).

Menurut (Sasangka, 2015: 15) satuan bahasa terkecil, dapat mengungkapkan pikiran secara utuh atau setiap tuturan yang dapat mengungkapkan suatu informasi secara lengkap. Adapun menurut (Putrayasa, 2010: 20) kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau turun.

Adapun menurut (Chaer, 2012: 240) kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa, jika dibutuhkan dapat dilengkapi dengan konjungsi, dan memiliki intonasi final. Pada definisi yang lebih rinci (Arifin & Tasai, 2010: 66) mengungkapkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dengan bentuk lisan atau tulisan, yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh.

B. Ciri atau Syarat Kalimat
Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat ketika memenuhi beberapa syarat berikut:
1. Mengungkapkan suatu pikiran atau perasaan yang utuh atau lengkap.
2. Pada raga resmi kalimat harus memiliki susunan dasar yang terdiri dari subyek dan predikat.
3. Kalimat harus memiliki predikat.
4. Pada bentuk tulis, suatu kalimat selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya.
5. Pada bahasa lisan, suatu kalimat ditandai dengan titinada, keras lembutnya suara, dan disela jeda, serta diakhiri nada selesai.
6. Memiliki konstituen dasar (kata, frase, atau klausa) dan intonasi final (tanda baca seperti tanda titik, seru, dan tanya).

C. Unsur-unsur Kalimat
Suatu kalimat memiliki beberapa unsur pembangun, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Kata
Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Menurut (Chaer, 2012: 162) kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian. Lebih lanjut Chaer mengatakan bahwa kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua spasi serta memiliki satu arti.

2. Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif dan bermakna. Menurut (Kemdikbud, 2020) frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif.
Contoh
Sungai lebar; hidung mancung; buku saya; dan lainnya.

3. Klausa
Satuan gramatikal atau sintaksis yang mengandung predikat atau berkonstruksi predikatif dan berpotensi menjadi kalimat disebut sebagai klausa. Adapun menurut (Chaer, 2012: 231) klausa berada di antara frasa dan kalimat, artinya lebih tinggi dai frasa dan lebih rendah dari kalimat dalam tataran sintaksis.
Contoh
Ayah belajar; ibu bekerja; Ubay membaca; Adik belanja; dan lainnya.

4. Intonasi
Ketepatan pengucapan dan irama tinggi rendah pada bahasa tulis disebut intonasi. Intonasi dalam bahasa tulis ditandai dengan tanda baca seperti tanda titik (.), tanda seru (!), dan tanda tanya (?).
Contoh
Belum minum. (Dibaca datar karena sebuah pernyataan).
Belum minum! (Dibaca dengan intonasi tinggi).
Belum minum? (Dibaca dengan intonasi rendah karena sebuah pertanyaan).

5. Jeda
Hentian sesaat atau sebentar dalam ujaran baik lisan maupun tulis disebut sebagai jeda. Pada bahasa tulis hanya ditandai dengan hentian sesaat sebelum melanjutkan pembicaraan baik dalam bentuk kalimat, paragraf, atau wacana. Semakin panjang ujaran, biasanya akan semakin sering penggunaan jeda.

Jeda pada bahasa tulis ditanda dengan spasi atau dapat dilambangkan dengan tanda baca koma (,) atau titik koma (;), tanda baca garis miring (/), tanda baca titik dua [:], tanda hubung [-], atau tanda pisah [–].

Adapun penggunaan tanda baca jeda untuk kebutuhan narasi teks seperti pada industri tv, radio, atau voiceover (suara latar), menggunakan lambang garis miring tunggal (/) untuk mengganti tanda koma (,) atau garis miring ganda (//) sebagai pengganti tanda titik (.).

Misalnya
Pemerintah/ melalui Kemdikbud meluncurkan aplikasi pemeriksa ejaan// Aplikasi itu bernama Sipebi// Sipebi dapat mendeteksi kesalahan ejaan serta mengoreksinya// Sipebi dapat diunduh secara gratis melalui laman kemdikbud.go.id//

Penggunaan jeda juga dapat memengaruhi makna sebuah ujaran. Perhatikan contoh ujaran berikut.
Ibu, guru saya pergi ke sekolah.
Bermakna, dia memberitahukan ibunya, bahwa yang ke sekolah adalah gurunya.

Ibu guru, saya pergi ke sekolah.
Bermakna, dia memberitahukan gurunya, bahwa dia ke sekolah.

Ibu guru saya, pergi ke sekolah.
Bermakna, dia memberitahukan kepada kita/orang lain, bahwa yang ke sekolah adalah ibu gurunya.

6. Tempo
Jika jeda hanya terkait dengan hentian, maka tempo lebih kompleks dari itu. Tempo adalah kecepatan, jeda, dan durasi yang selalu terkait dengan irama (Kemdikbud, 2020). Tempo dapat dikatakan sebagai gabungan antara intonasi dan jeda.
Contoh
Bu! Ibu! Arif sedang bermain bola di lapangan!
Di mana? “Jawab ibu.”
Di la-pa-ngan Bu “Jawabnya dengan suara lirih.”

Penggunaan tanda baca seru, tanda tanya, dan tanda hubung membuat tempo pembicaraan menjadi cepat, naik, turun, dan lambat.

D. Struktur Kalimat
Sebuah kalimat memiliki struktur pembangun kalimat. Kalimat sekurang-kurangnya harus memiliki dua struktur, yaitu subjek (S) dan predikat (P). Namun, kalimat yang lebih kompleks memiliki lebih dari dua struktur pembangun. Berikut adalah beberapa struktur pembangun kalimat.

1. Subjek
Subjek adalah inti atau pokok dari kalimat. Menurut (Kemdikbud, 2020) subjek adalah bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara.

Menurut (Santhi, 2019) terdapat dua jenis subjek, yaitu subjek pelaku dan subjek penderita. Subjek pelaku yakni subjek yang melakukan perbuatan (kalimat aktif). Sedangkan subjek penderita merupakan subjek yang dikenai perbuatan (kalimat pasif).

Berikut adalah ciri-ciri subjek menurut (Santhi, 2019) dan (Prihantini, 2015: 62)
a. Subjek berbentuk kata benda.
Contoh: Bayu (S) mencari (P) bola (O).

b. Subjek dapat diikuti oleh kata ini dan itu.
Contoh: Apel itu (S) dibeli (S) ibu (O) tadi pagi (Ket. waktu).

c. Subjek dapat diikuti oleh partikel pun.
Contoh: Dia pun (S) membawa (P) buku (O).

d. Subjek terletak di depan predikat.
e. Subjek dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan dengan kata tanya apa dan siapa.
Contoh: Adi (S) membaca (P) buku (O) di kamar (Ket. tempat).

f. Subjek dapat didahului kata bahwa.
g. Subjek memiliki keterangan pewatas yang.
Contoh: wanita yang berbaju merah (S) membeli (P) mangga (O).

h. Subjek tidak didahului preposisi (dari, dalam, di, ke, kepada, daripada, pada).

2. Predikat
Predikat adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara tentang subjek; sebutan (dalam kalimat) (Kemdikbud, 2020). Secara umum terdapat dua jenis predikat, yaitu predikat verbal dan predikat nominal. Predikat verbal adalah predikat yang berupa kata kerja. Sedangkan predikat nominal adalah predikat yang berbentuk kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.

Predikat memiliki ciri tersendiri yang membedakannya dengan struktur lain dalam kalimat, berikut adalah ciri predikat menurut (Prihantini, 2015: 63), (Santhi, 2019).
a. Predikat adalah jawaban dari pertanyaan dengan kata tanya mengapa atau bagaimana.
b. Predikat dapat berupa kata adalah.
c. Predikat dapat diingkarkan dengan kata tidak atau bukan.
d. Predikat dapat disertai dengan kata aspek (telah, sudah, belum, akan, & sedang).
e. Predikat dapat disertai dengan kata modalitas (ingin, hendak, & mau).
f. Predikat memberi penjelasan pada subjek.
g. Predikat terletak setelah subjek.

3. Objek
Nomina yang melengkapi verba transitif dalam klausa disebut sebagai objek. Menurut (Santhi, 2019) objek dibagai dalam tiga jenis, yaitu objek penderita, yakni objek yang dikenai perbuatan. Objek ini terdapat pada kalimat aktif. Kedua, Objek pelaku, yakni objek yang melakukan perbuatan. Objek pelaku terdapat pada kalimat pasif. Ketiga, objek penyerta atau objek pelengkap penderita, yakni objek yang menyertai perbuatan. Objek ini umumnya terletak di belakang pelaku atau objek penderita.

Objek dapat dikenali melalui dua ciri berikut (Prihantini, 2015: 63), (Santhi, 2019).
a. Objek dapat berubah menjadi unsur subjek dalam kalimat pasif.
b. Objek tidak dapat didahului oleh kata depan atau preposisi (di, ke, kepada, dari, dalam, & pada).
c. Objek terletak di belakang predikat.
d. Objek dapat berupa kata benda atau kata ganti.

4. Pelengkap atau Komplemen
Unsur kalimat yang melengkapi predikat verbal disebut pelengkap disebut sebagai pelengkap.

Pelengkap memiliki ciri sebagai berikut, ciri ini yang membedakan pelengkap dengan struktur lain yang dapat ditemukan dalam sebuah kalimat (Prihantini, 2015: 63), (Santhi, 2019).
a. Pelengkap bersifat wajib karena melengkapi makna pada verba predikat.
b. Sama halnya dengan objek, pelengkap juga tidak didahului oleh kata depan atau preposisi di, ke, kepada, dari, dalam, & pada).
c. Pelengkap berbentuk kata benda, kata kerja, dan kata sifat.
d. Pelengkap terletak setelah predikat dan dapat didahului kata depan.
e. Kalimat yang memiliki pelengkap tidak dapat diubah menjadi kalimat pasif.
f. Pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek.
g. Pelengkap tidak dapat diganti dengan -nya.

5. Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang berfungsi sebagai unsur tambahan. Secara umum keterangan yang sering muncul dalam kalimat dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu keterangan waktu, keterangan tempat, dan keterangan suasana. Namun, terdapat pula jenis keterangan lain, yakni keterangan alat, keterangan sebab, keterangan akibat, keterangan cara, keterangan tujuan, keterangan pelaku, keterangan kepastian, keterangan derajat, keterangan kesertaan, keterangan syarat, keterangan pembatasan, keterangan syarat, dan keterangan perlawanan. Sehingga kata keterangan berjumlah enam belas jenis.

Keterangan dalam suatu kalimat dapat dikenali berdasarkan ciri berikut.
a. Keterangan bersifat manasuka.
b. Keterangan pada kalimat dapat ditemukan di depan atau di belakang kalimat.
c. Keterangan memberikan sebuah pembahasan mengenai kata lain, seperti kata bilangan, kata kerja, maupun kata sifat.
d. Kehadiran keterangan tidak memengaruhi makna gramatikal kalimat, sehingga dapat digunakan pada semua jenis kalimat
e. Keterangan tidak dapat digunakan untuk menjadi penjelas mengenai kata ganti benda ataupun kata benda.

E. Bentuk Dasar Kalimat
Sebuah kalimat memiliki bentuk atau pola dasar. Pada dasarnya suatu kalimat pada ragam tulis terdiri dari subjek dan predikat. Sebagian ahli menyatakan bahwa jika suatu kalimat tidak memiliki unsur subjek dan predikat, maka bukanlah kalimat.

Struktur, pola, bentuk inti kalimat bahasa Indonesia adalah subjek + predikat yang dapat ditambah dengan objek, pelengkap, dan/atau keterangan S + P + ([O] + [Pel] + [K]) (Sasangka, 2015).

Berikut adalah enam struktur dasar kalimat dalam bahasa Indonesia yang paling umum digunakan.
1. Pola subjek-predikat (S-P)
Contoh:
Mereka (S) bekerja (P).
Ulfa (S) membaca (P).
Ubay (S) belajar (P).

2. Pola subjek-predikat-objek (S-P-O)
Contoh:
Ubay dan Ayesha (S) mengembalikan (P) buku (O).
Ayesha (S) mencari (P) sepatu (O).
Mereka (S) bermain (P) bola (O).

3. Pola subjek-predikat-pelengkap (S-P-Pel.)
Contoh
Tasya (S) berjualan (P) kosmetik (Pel.).
Atlet itu bermandikan (P) keringat (Pel.).
Kami (S) sedang belajar (P) menghitung (Pel.).

4. Pola subjek-predikat-objek-pelengkap (S-P-O-Pel.)
Contoh
Dia (S) mengajarkan (P) kami (O) bahasa Indonesia (Pel.).
Ayah (S) membelikan (P) Roni (O) kemeja baru (Pel.).
Dion (S) dibuatkan (P) mobil (O) oleh Ayah (Pel.).

5. Pola subjek-predikat-objek-keterangan (S-P-O-K)
Contoh
Ibu (S) membeli (P) sayur (O) di pagi hari (K waktu).
Saya (S) memakan (P) roti (O) di kamar (K tempat).
Mereka (S) menjemput (P) saya (O) ketika bersedih (K suasana).

6. Pola subjek-predikat-keterangan (S-P-K)
Contoh
Kakak (S) menulis (P) di teras (K tempat).
Adik (S) mandi sore (P) pukul 17 lewat (K waktu).
Rasti (S) mengaji (P) ketika senang (K suasana).

F. Jenis-jenis Kalimat
Jenis atau macam kalimat dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok yakni jenis kelompok berdasarkan peran subjek dan predikat, berdasarkan jumlah klausa, berdasarkan bentuk sintaksis, dan jenis kalimat berdasarkan cara penyampaian.

Karena pembahasan tentang jenis kalimat sangat panjang, maka pembahasan lebih lengkap dan jelas tentang jenis kalimat dapat dibaca pada tautan berikut.


Referensi:
Arifin, E. Z., & Tasai, S. A. (2010). Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Chaer, A. (2012). Linguistik Umum (Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Kemdikbud. (2020). KBBI V. Jakarta: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan.
Prihantini, A. (2015). Master Bahasa Indonesia. Yogyakarta: B First.
Putrayasa, I. B. (2010). Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran). Bandung: Refika Aditama.
Santhi, M. S. (2019). Klausa dan kalimat. Yogyakarta: Penerbit Intan Pariwara.
Sasangka, S. S. T. W. (2015). Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Kalimat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Posting Komentar untuk "KALIMAT (PENGERTIAN, CIRI/SYARAT, UNSUR, STRUKTUR, BENTUK DASAR, DAN JENIS)"