TEKNIK DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU DALAM BERBICARA


A. Teknik-teknik Berbicara
Sebelum memulai kegiatan berbicara, seorang pembicara dituntut untuk mengetahui teknik-teknik yang berbicara. Hal itu diperlukan agar dalam kegiatan berbicara, seorang pembicara dapat melakukannya dengan baik, sehingga pesan atau informasi yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik oleh pendengar. Teknik-teknik berbicara ini merupakan bagian dari pengklasifikasian jenis-jenis berbicara, tepatnya pengklasifikasian jenis berbicara berdasarkan metode penyampaian. Tulisan lengkap tentang jenis-jenis berbicara dapat dilihat di sini “Lima Klasifikasi Jenis-Jenis Berbicara”. Setidaknya terdapat empat teknik berbicara menurut Mulgrave (Tarigan, 2008, p. 26) yakni berbicara secara mendadak (impromptu), berbicara tanpa persiapan (extemporaneous), berbicara dari naskah (manuscript), dana berbicara dari ingatan (memory). Berikut adalah penjelasan lebih detail dan lengkap dari empat teknik berbicara tersebut.

1. Penyampaian secara Mendadak (Impromptu Delivery)
Teknik berbicara dengan penyampaian secara mendadak atau impromptu delivery adalah cara menyampaikan suatu informasi melalui lisan tanpa pemberitahuan atau tanpa persiapan terlebih dahulu. Teknik berbicara ini sangat memerlukan pengalaman dan kemampuan pembicara. Seseorang yang ditunjuk untuk berbicara secara mendadak ini biasanya orang yang dihormati atau diketahui memiliki kemampuan berbicara yang baik. Namun, dalam dunia pendidikan, teknik berbicara ini biasa dilakukan oleh siswa ketika ditunjuk oleh pengajar untuk mempraktikkan keterampilan berbicara. Hal penting yang harus diperhatikan dalam teknik berbicara secara mendadak adalah mengetahui tema acara, mengetahui pendengar, dan menetapkan cara penyampaiannya (serius atau santai). Kegiatan berbicara secara mendadak ini biasanya berisi pengalaman hidup, cerita, atau lelucon yang dapat membantu cairnya suasana.

2. Penyampaian tanpa Persiapan atau Extemporan (Extemporaneous Delivery)
Teknik berbicara dengan penyampaian tanpa persiapan atau extemporaneous delivery adalah metode atau cara seorang pembicara menyampaikan suatu informasi kepada pendengar tanpa persiapan yang matang. Perlu dicatat, dalam teknik berbicara secara extemporan seorang pembicara tidak sepenuhnya berbicara tanpa ada persiapan, melainkan pembicara telah melakukan persiapan hanya saja persiapan minor. Persiapan minor yang dilakukan seperti menyiapkan catatan atau poin-poin penting yang akan dibicarakan, sehingga dapat dikembangkan ketika berbicara. Pada pembahasan tentang klasifikasi berbicara berdasarkan cara penyampaian, jenis berbicara ini adalah jenis berbicara berdasarkan catatan. Teknik berbicara seperti ini biasanya digunakan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada berdasarkan pendengar dan situasinya.

3. Penyampaian dari Naskah (Delivery from Manuscript)
Teknik berbicara berdasarkan penyampaian dari naskah adalah cara seseorang pembicara menyampaikan informasi kepada pendengar dengan cara karangan atau tulisan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dari sekian cara penyampaian berbicara, penyampaian dari naskah adalah cara yang paling mudah dilakukan, sebab pembicara hanya melakukan membaca apa yang telah ditulis di naskah. Walaupun begitu hala yang perlu diperhatikan dalam cara penyampaian berdasarkan naskah yakni penggunaan tanda baca, sehingga pembicara dapat menyesuaikan tekanan, intonasi, ritme, dan nada. Cara berbicara berdasarkan naskah ini biasa dilakukan oleh orang penting, sehingga apa yang dibicarakan harus diperhatikan dan ditata sedemikian rupa. Biasanya, sebelum naskah itu dibaca oleh pembicara, terdapat pembacaan awal untuk memastikan naskahnya layak dibaca di hadapan orang banyak.

4. Penyampaian dari Ingatan (Delivery from Memory)
Cara atau teknik terakhir dalam berbicara adalah berbicara berdasarkan ingatan atau delivery from memory. Teknik berbicara berdasarkan ingatan adalah cara seorang pembicara dalam menyampaikan informasi berdasarkan ingatan atau bayangan yang ada dalam pikirannya. Meskipun begitu, teknik berbicara ini tetap harus dipersiapkan terlebih dahulu. Hal itu dilakukan agar pembicara dapat dengan mudah dan lancar dalam mengutarakan informasi kepada para pendengar. Selain itu, agar sesuatu yang dibicarakan tidak terlalu luas, sehingga pendengar tidak mendapatkan informasi yang lengkap dengan baik. Hal-hal yang dapat dipersiapkan dalam berbicara berdasarkan ingatan adalah membuat catatan penting kemudian dihafalkan untuk dikembangkan pada saat berbicara.

B. Faktor-faktor Penentu dalam Berbicara
Ketika melakukan kegiatan berbicara, perlu diperhatikan faktor-faktor penentu dalam berbicara. Faktor-faktor penentu dalam berbicara pada dasarnya hanya terdiri dari dua faktor, yakni pembicara dana pendengar. Dua faktor itu adalah faktor inti yang menentukan suatu kegiatan berbicara dapat berlangsung dengan baik atau tidak. Pada tulisan ini, hanya kan dibahas faktor inti penentu dalam berbicara, yakni pembicara dan pendengar.

1. Pembicara
Pembicara dalam suatu kegiatan berbicara adalah faktor penting yang dapat menentukan kegiatan berbicara itu baik atau buruk. Hal itu sejalan dengan pendapat (Mudini & Purba, 2009, p. 8) yang menyatakan bahwa pembicara adalah salah satu faktor yang menimbulkan terjadinya kegiatan berbicara. Pembicara adalah seseorang yang memberikan pidato di acara publik (a person who gives a speech at a public event) (Walter, 2008). Adapun menurut KBBI pembicara adalah seseorang yang berkata atau menggunakan bahasa lisan dalam rapat dan sebagainya (Kemdikbud, 2020).

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pembicara ketika melakukan kegiatan berbicara, yaitu: (1) pokok pembicaraan; (2) bahasa; (3) tujuan; (4) sarana; dan (5) interaksi. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang lima hal terebut.

a. Pokok pembicaraan
Pokok, pesan, atau isi pembicaraan adalah sesuatu yang dapat berupa informasi atau pengetahuan yang akan disampaikan oleh pembicara kepada pendengar. Pokok pembicaraan adalah tujuan dari pembicara melakukan kegiatan berbicara. Pada suatu pokok pembicaraan terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Kebermanfaatan
Suatu pokok pembicaraan yang akan dipaparkan harus mempertimbangkan memperhatikan manfaat atau kegunaannya. Hal yang harus diperhatikan pada aspek kebermanfaatan adalah suatu pokok pembicaraan sebaiknya memberikan efek yang bermanfaat atau baik, selain itu pokok pembicaraan harus dimaksudkan untuk membantu pendengar.

2) Kebaruan
Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam suatu pokok pembicaraan adalah tentang kebaruannya. Unsur kebaruan dalam suatu pokok pembicaraan menentukan keberhasilan kegiatan berbicara. Hal itu dikarenakan jika pokok pembicaraan itu telah diketahui oleh pendengar tanpa adanya unsur kebaruan, maka pembicaraan itu akan kurang mendapatkan perhatian dari pendengar.

Pokok pembicaraan yang baru ditandai dengan ciri di antaranya sebagai berikut.
a) Topik tersebut masih sering diperbincangkan.
b) Topik tersebut belum banyak diketahui oleh pendengar.
c) Topik tersebut sudah diketahui, namun belum dibahas pada sudut pandang lain.
d) Topik tersebut sudah diketahui, hanya saja belum begitu dalam.

3) Kemenarikan
Hal penting lain dalam suatu pokok pembicaraan adalah tentang kemenarikan. Kemenarikan suatu pokok pembicaraan akan memengaruhi atau membangkitkan keinginan pendengar untuk memperhatikan apa yang dibicarakan oleh pembicara. Jika pendengar sudah tertarik dengan apa yang dibicarakan, maka pembicara sudah berada pada setengah jalan menuju kesuksesan suatu kegiatan pembicaraan. 

Berikut adalah ciri suatu pokok pembicaraan yang menarik menurut (Mudini & Purba, 2009, p. 8).
a) Topik pembicaraan merupakan masalah yang melibatkan kepentingan banyak orang.
b) Topik pembicaraan adalah jalan keluar dari suatu masalah yang sedang dihadapi.
c) Topik atau isi pembiaraan merupakan perkara yang sedang hangat dibicarakan dalam kehidupan sehari-hari.
d) Topik pembicaraan adalah suatu persoalan yang tidak sering terjadi dalam kehidupan.
e) Isi atau topik pembicaraan memuat konflik atau pertentangan pendapat dalam kehidupan bermasyarakat.

4) Kedekatan atau familier
Isi atau pokok pembicaraan haruslah dekat atau familier dengan pembaca. Pokok pembicaraan yang familier adalah suatu topik yang mudah dikenal atau dipahami oleh pendengar. Kedekatan atau kefamilieran pokok pembicaraan menentukan keberhasilan suatu kegiatan berbicara. Hal itu disebabkan jika pendengar merasa dekat dengan pokok pembicaraan, maka pendengar merasa hal itu berguna bagi mereka.

Berikut adalah beberapa ciri dari topik pembicaraan yang familier bagi pendengar.
a) Pendengar sudah mengetahui sebagian kecil dari isi pembicaraan.
b) Pendengar sudah pernah mendengar atau mengetahui pokok pembicaraan.
c) Topik pembicaraan sesuai dengan daya tangkap atau literasi pendengar.
d) Gaya penyampaian dari pokok pembicaraan sesuai dengan cara berbicara pendengar.
e) Bahasa yang digunakan ketika berbicara menggunakan bahasa yang sama (misal bahasa daerah, bahasa akademik, bahasa keseharian, atau lainnya).

b. Bahasa
Faktor penentu berikutnya dalam berbicara yang berkaitan dengan pembicara adalah faktor bahasa. Tentu saja, bahasa adalah salah satu faktor penentu berbicara, sebab dengan bahasalah seseorang menyampaikan informasi kepada pendengar. Bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer. Pada kegiatan berbicara, bahasa yang digunakan adalah bahasa aktif berupa bahasa lisan. Pada faktor penentu bahasa, terdapat dua hal yang harus diperhatikan, yakni faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut dari kedua faktor bahasa.

1) Kebahasaan
Faktor kebahasaan adalah faktor yang menentukan keberhasilan kegiatan berbicara dari segi bahasa. Faktor kebahasaan terdiri dari empat faktor yakni sebagai berikut.
a) Ketepatan pengucapan atau pelafalan bunyi,
b) Penempatan tekanan, nada, jeda, intonasi dan ritme,
c) Pemilihan kata dan ungkapan yang baik, konkret, dan bervariasi, dan
d) Ketepatan susunan penuturan (penggunaan jenis kalimat).

2) Nonkebahasaan
Faktor nonkebahasaan adalah faktor yang menentukan aktivitas berbicara yang berasalah dari luar bahasa. Faktor non kebahasaan terdiri dari beberapa hal, yakni sebagai berikut (Mudini & Purba, 2009, p. 10).
a) Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku,
b) Pandangan yang diarahkan pada lawan bicara,
c) Kesediaan menghargai pendapat orang lain,
d) Kesediaan mengoreksi diri sendiri,
e) Keberanian mengungkapkan dan mempertahankan pendapat,
f) Gerak-gerik dan mimik yang tepat,
g) Kenyaringan suara,
h) Kelancaran,
i) Penalaran dan relevansi, serta
j) Penguasaan topik.

c. Tujuan
Faktor penentu dalam kegiatan berbicara adalah tujuan. Setiap kegiatan berbicara diharuskan memiliki suatu tujuan. Tujuan dari berbicara membatu pembicara untuk menentukan hala-hal lain pada saat mempersiapkan kegiatan berbicara. Tujuan utama dalam suatu kegiatan berbicara adalah untuk mendapatkan respons atau reaksi dari pendengar. Tujuan atau harapan pembicaraan sangat tergantung dari keadaan dan keinginan pembicara.

Tujuan berbicara ini secara lengkap telah dibahas pada tullisan lain yang berjudul “Lima Klasifikasi Jenis-Jenis Berbicara”. Secara umum tujuan pembicaraan di antaranya adalah sebagai berikut:
a) Mendorong atau menstimulasi;
b) Meyakinkan;
c) Menggerakkan;
d) Menginformasikan; dan
e) Menghibur

d. Sarana
Sarana adalah metode, teknik, cara, atau segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat dalam melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Sarana menjadi penting dalam suatu kegiatan berbicara. Saran dapat membantu seorang pembicara dalam mencapai tujuan berbicara dengan lebih baik dan efisien. Suatu kegiatan berbicara terdiri dari beberapa sarana, yakni sebagai berikut: waktu; tempat; suasana; dan media atau alat peraga.

e. Interaksi
Interaksi adalah suatu keadaan ketika dua orang atau lebih berkomunikasi atau bereaksi satu sama lain. Interaksi dalam suatu kegiatan berbicara adalah salah satu tujuan berbicara. Suatu keadaan interaksi dapat berlangsung searah (laporan berita), dua arah (dialog atau wawancara), dan bahkan multiarah (diskusi atau seminar).

2. Pendengar
Pendengar adalah seseorang yang melakukan aktivitas menangkap lambang bunyi yang dilisankan oleh seseorang. Suatu kegiatan berbicara yang baik membutuhkan pendengar yang baik. Pendengar yang baik adalah seseorang yang memberikan banyak perhatian ketika pembicara mengutarakan pokok pembicaraan serta memahami isi pembicaraan. 

Seseorang dapat dikatakan sebagai pendengar yang baik harus memenuhi kriteria berikut.
a) Memiliki kondisi fisik dan mental yang baik sehingga memungkinkan dapat melakukan kegiatan mendengarkan.
b) Memusatkan perhatian dan pikiran kepada pembicaraan.
c) Memiliki tujuan tertentu dalam mendengarkan yang dapat mengarahkan dan mendorong kegiatan mendengarkan.
d) Mengusahakan agar meminati isi pembicaraan yang didengarkan.
e) Memiliki kemampuan linguistik dan nonlinguistik yang dapat meningkatkan keberhasilan mendengarkan.
f) Memiliki pengalaman dan pengetahuan luas yang dapat mempermudah pengertian dan pemahaman isi pembicaraan.

Referensi
Kemdikbud. (2020). KBBI V (0.4.0 Beta 40). Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan.
Mudini, M., & Purba, S. (2009). Pembelajaran Berbicara. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa.
Tarigan, H. G. (2008). Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Penerbit Angkasa Bandung.
Walter, E. (2008). Cambridge Advanced Learned Dictionary. Cambridge University Press.

Posting Komentar untuk "TEKNIK DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU DALAM BERBICARA"