FRASA ATAU FRASE (PENGERTIAN, CIRI, BENTUK, DAN JENIS [EKSOSENTRIS, ENDOSENTRIS, KOORDINATIF, & APOSITIF])


A. Pengertian Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif (Kemdikbud, 2020). Adapun menurut (Sasangka, 2015, p. 1) frasa adalah kelompok kata yang terdiri atas unsur inti dan unsur keterangan yang tidak melampaui batas fungsi sintaksis. Gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat disebut oleh (Chaer, 2012, p. 222) sebagai frasa. Lebih lanjut, menurut (Putrayasa, 2010, p. 3) frasa adalah kelompok kata yang menduduki sesuatu fungsi dalam sebuah kalimat. Frasa adalah kumpulan lebih dari dua kata bersifat nonpredikatif yang mengisi fungsi sintaksis dalam kalimat.

Konsep frasa secara jelas dijelaskan oleh (Chaer, 2012, p. 223) pada buku Linguistik Umum sebagai berikut.

JENIS

S

P

O

K

Frasa

Nenek saya

sedang membaca

buku humor

di kamar tidur

Kata

Nenek

membaca

komik

kemarin


B. Ciri Frasa
Frasa memiliki beberapa ciri. Ciri ini yang membedakan frasa dengan kata, frasa dengan kata majemuk, dan frasa dengan klausa. Berikut adalah beberapa ciri frasa yang dimaksud.

1. Frasa memiliki makna sintaksis/gramatikal
Frasa, seperti yang telah dipaparkan pada definisinya tidak memiliki makna baru. Frasa hanya memiliki makna sintaksis atau makna gramatikal.
Contoh
Tangan saya, kaki kamu, bola dia, dan lainnya.

2. Frasa bersifat nonpredikatif
Frasa memiliki sifat tanpa predikat atau tidak memiliki predikat, artinya tidak ada frasa yang
Contoh
Laptop baru, meja kecil, buku catatan, dan lainnya.

3. Frasa tidak memiliki makna baru
Makna gabungan dari beberapa kata yang disebut sebagai frasa tidak membentuk makna baru yang berbeda dari makna asli.
Contoh
Makna asli: kepala saya, tangan dia, meja makan dan lainnya.
Makna baru: besar kepala, panjang tangan, meja hijau, dan lainnya.

4. Frasa dapat disela dengan kata lain
Kedudukan frasa dapat disela atau disisipi dengan kata lain.
Contoh
Baju baru, jika disela atau disisipi kata lain dapat menjadi baju merah baru

5. Frasa berbentuk kata dasar
Frasa biasanya selalu berbentuk kata dasar atau morfem bebas.
Contoh
Sepatu hitam, buah merah, dinding bata, dan lainnya.

6. Frasa terdiri dari dua unsur
Frasa dibentuk oleh dua unsur yaitu unsur utama dan unsur penerang.
Contoh
Buku besar, buku adalah unsur utama dan besar adalah unsur yang menerangkan buku.Rumah kayu, ayam jantan, mobil mewah, dan lainnya.

C. Bentuk atau Wujud Frasa
Frasa dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima bentuk atau wujud, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. frasa verbal, frasa verbal ialah frasa yang terdiri dari verba (kata kerja) sebagai inti frasa.
Contoh
akan pulang
sedang membaca
sering menangis
sudah pergi
tidak belajar

2. frasa nominal, frasa nominal ialah frasa yang terdiri dari nomina (kata benda) sebagai inti frasa.
Contoh
baju lima potong
beras dari Cianjur
gedung sekolah
orang lama
yang dari Bali

Frasa nominal dalam bahasa Indonesia dapat berbentuk (1) nomina dan nomina/pronomina, (2) nomina dan adjektiva, (3) nomina dan numeralia/frasa numeral, (4) nomina dan frasa preposisional, (5) adverbial dan nomina, atau (6) nomina dan (i) yang dan pronomina tentu (definit), (ii) yang dan verba, (iii) yang dan numeralia, (iv) yang dan adjektiva, atau (v) yang dan frasa preposisional.

administrasi negara (N + N)
sanksi administratif (N + Adj)
pisang dua buah (N + FNum)
uraian di atas (N + FPrep)
bukan masalah (Adv + N)

buku yang itu (N + yang + pron definit)
lelaki yang pergi (N + yang + V/FV)
jambu yang delapan biji (N + yang + FNum)
pemuda yang tampan (N + yang + Adj)
lelaki yang dari Yogya (N + yang + FPrep)

3. frasa adjektival, frasa adjektival ialah frasa yang terdiri dari adjektiva (kata sifat) sebagai inti frasa.
Contoh
agak cantik - cantik sekali
kurang penuh - penuh sekali
lebih dewasa - dewasa sekali
sangat sabar - sabar sekali
tidak baik - baik sekali

4. frasa numeralia, frasa numeralia ialah frasa yang terdiri dari numeralia (kata bilangan) sebagai inti frasa.
Contoh
dua orang (siswa)
lima helai (kain)
sepuluh kilogram (beras)
tiga ekor (sapi)
tujuh buah (mangga)

5. frasa preposisional, frasa preposisional merupakan frasa yang terdiri dari preposisi (kata depan) sebagai inti frasa.
Contoh
di kamar
ke Surabaya
dari Jakarta
dalam Pasal 12
dengan cepat
pada ayat (3)
terhadap ketentuan ini
atas kehadirannya

D. Jenis-jenis Frasa
Berdasarkan bentuknya, frasa dapat dibagi dalam dua jenis, yakni frasa endosentris dan frasa eksosentris. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang dua jenis frasa tersebut.

1. Frasa Endosentris
Frasa endosentris adalah frasa yang unsur-unsurnya mempunyai distribusi (posisi/letak) yang sama dengan unsur lainnya di dalam frasa itu (Sasangka, 2015, p. 6). Berikut adalah beberapa contoh dari frasa endosentris yang dimaksud.

(1) a. Dua orang penjahat ditangkap polisi semalam.
     b. Dua orang Ø ditangkap polisi semalam.
     c. Ø Penjahat ditangkap polisi semalam.

Frasa dua orang penjahat pada kalimat (1a) Dua orang penjahat ditangkap polisi semalam mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik dengan unsur dua orang maupun dengan unsur penjahat sehingga meskipun hanya disebutkan salah satu unsurnya, seperti pada kalimat (1b) atau (1c), kalimat tetap berterima (gramatikal). Hal itu disebabkan fungsi rasa dalam kalimat tersebut dapat digantikan oleh salah satu atau semua unsurnya.

Frasa endosentris ini dapat pula terdiri atas unsur-unsur yang setara sehingga unsur-unsur itu dapat dihubungkan dengan kata dan/atau seperti contoh berikut.

(2) ayah anak (ayah dan anak/ayah atau anak)
     laki-laki perempuan (laki-laki dan perempuan/laki-laki atau perempuan)
     besar kecil (besar dan kecil/besar atau kecil)
     siswa siswi (siswa dan siswi/siswa atau siswi)
     jauh dekat (jauh dan dekat/jauh atau dekat)

Selain terdiri atas unsur-unsur yang setara, frasa endosentris dapat pula terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara sehingga unsur-unsur itu tidak mungkin dapat dihubungkan dengan kata dan/atau seperti contoh berikut.

(3) sangat keras (sangat dan keras/sangat atau keras)
     bayi lucu (bayi dan lucu/bayi atau lucu)
     sungai jernih (sungai dan jernih/sungai atau jernih)
     bukit tinggi (bukit dan tinggi/bukit atau tinggi)
     kurang sehat(kurang dan sehat/kurang atau sehat)

a. Jenis Frasa Endosentris
Frasa endosentris dapat dibedakan menjadi dua, yaitu frasa endosentris koordinatif dan frasa endosentris subordinatif.

1) Frasa endosentris koordinatif ialah frasa yang unsur-unsurnya mempunyai kedudukan setara sehingga di antara unsur itu dapat saling menggantikan dan dapat disisipkan kata dan/atau.

2) Frasa endosentris subordinatif ialah frasa yang unsur-unsurnya tidak mempunyai kedudukan yang setara sehingga di antara unsur-unsur itu tidak dapat saling menggantikan dan tidak dapat disisipkan kata dan/atau. Contoh (2) di atas merupakan contoh frasa endosentris koordinatif, sedangkan contoh (3) di atas merupakan contoh frasa endosentris subordinatif.

2. Frasa Eksosentris
Frasa eksosentris adalah frasa yang lingkungan distribusinya tidak sama dengan salah satu unsurnya sehingga salah satu unsurnya itu tidak ada yang dapat menggantikan fungsi frasa tersebut seperti tampak pada beberapa contoh berikut.

(4) a. Lelaki itu sedang melukis di atas bukit.
      b. Lelaki itu sedang melukis di Ø.
      c. Lelaki itu sedang melukis Ø atas bukit.

(5) a. Wiwid akan belajar ke luar negeri.
      b. Wiwid akan belajar ke Ø.
      c. Wiwid akan belajar Ø luar negeri.

(6) a. Jumino berasal dari Yogyakarta.
      b. Jumino berasal dari Ø.
      c. Jumino berasal Ø Yogyakarta.

Contoh di atas memperlihatkan bahwa unsur-unsur di dalam frasa di atas bukit pada kalimat (4a) Lelaki itu sedang melukis di atas bukit tidak dapat saling menggantikan fungsi frasa tersebut sehingga kalimat (4b) dan kalimat (4c) menjadi tidak berterima.

Demikian pula frasa ke luar negeri dalam kalimat Wiwid akan belajar ke luar negeri pada (5) dan dari Yogyakarta dalam kalimat Jumino berasal dari Yogyakarta pada (6) juga tidak dapat saling menggantikan unsur di dalam frasa tersebut sehingga kalimat (5b) dan (5c) serta (6b) dan (6c) menjadi tidak berterima.

3. Frasa Koordinatif
Frasa koordinatif adalah frasa yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat, dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik yang tunggal seperti dan, atau, tetapi, maupun konjungsi terbagi seperti baik ... baik, makin ... makin, dan baik ... maupun .... Frasa koordinatif ini mempunyai kategori sesuai dengan kategori komponen pembentuknya (Chaer, 2012, p. 228).

Contoh
sehat dan kuat
buruh atau majikan
makin terang makin baik
dari, oleh, dan untuk rakyat

Frasa koordinatif yang tidak menggunakan konjungsi secara eksplisit, biasanya disebut sebagai frasa parataksis.

Contoh
hilir mudik
tua muda
pulang pergi
sawah ladang
dua tiga hari

4. Frasa Apositif
Frasa apositif adalah frasa koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya; dan oleh karena itu, urutan komponennya dapat dipertukarkan(Chaer, 2012, p. 228).

Contoh
a. Pak Ahmad, guru saya, rajin sekali.
b. Guru saya, Pak Ahmad, rajin sekali.
Frasa apositif guru saya pada kalimat (a) dapat diubah urutannya seperti kalimat (b).

Contoh lain
a. Sukarno, presiden pertama RI, telah tiada.
b. Ubay menulis pesan kepada Nita, adiknya.
c. Alat komunikasi internasional, bahasa Inggris, banyak dipelajari orang.

Referensi:
Chaer, A. (2012). Linguistik Umum (Revisi). Rineka Cipta.
Kemdikbud. (2020). KBBI V (0.4.0 Beta 40). Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan.
Putrayasa, I. B. (2010). Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran). Refika Aditama.
Sasangka, S. S. T. W. (2015). Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Kalimat. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Posting Komentar untuk "FRASA ATAU FRASE (PENGERTIAN, CIRI, BENTUK, DAN JENIS [EKSOSENTRIS, ENDOSENTRIS, KOORDINATIF, & APOSITIF])"