BENTUK ATAU JENIS TES KEMAMPUAN MENULIS

A. Bentuk atau Jenis Tes Kemampuan Menulis
Secara umum bentuk tes kemampuan menulis terdiri dari dua macam. Pertama, secara langsung atau ujian mengarang bentuk esai (uraian/bebas). Kedua, secara tidak langsung atau ujian mengarang bentuk objektif (Hidayat, dkk. 1994:58).

1. Bentuk Tes Kemampuan Menulis Secara Langsung
Tes menulis secara langsung dilaksanakan dengan menggunakan kata-kata sendiri secara bebas sesuai dengan ide atau perasaannya sejalan dengan topik atau judul karangan.

2. Bentuk Tes Kemampuan Menulis Secara Tidak Langsung
Tes menulis secara tidak langsung adalah cara mengukur ketrampilan menulis dengan menggunakan tes bentuk objektif, misalnya bentuk pilihan ganda. Hasilnya digunakan untuk memperkirakan keterampilan menulis yang sebenarnya. Tes ini juga disebut tes dasar menulis. Tes ini menguji unsur-unsur dasar dalam mengarang.

B. Jenis Tes Menulis secara Esai
Sementara itu, kaitannya dengan tugas pragmatis, kemampuan menulis adalah yang menuntut siswa mempertimbangkan (sendiri) unsur bahasa dan gagasan. Tugas yang sesuai adalah tugas menulis secara esai, artinya bentuk tes esai. Tugas menulis secara esai dapat bermacam-macam bentuknya.

1. Tugas Menyusun Alinea: Tes Objektif
Walaupun tes kemampuan menulis yang lebih ideal adalah menyuruh siswa untuk menulis secara esai, hal itu bukan berarti bentuk objektif tak dapat dilakukan. Hal esensial yang dimaksudkan adalah tuntutan terhadap siswa untuk mempertimbangkan unsur bahasa (linguistik) dan isi (ekstralinguistik).

Tes kemampuan menulis bentuk objektif yang mampu menuntut siswa untuk mempertimbangkan unsur bahasa dan gagasan adalah tugas menyusun alinea berdasarkan kalimat-kalimat (biasanya empat buah) yang disediakan. Tugas tersebut menuntut siswa untuk menyusun gagasan secara tepat, menentukan kalimat yang berisi gagasan pokok dan pikiran-pikiran penjelas, dan menentukan urutan kalimat secara logis (Nurgiyantoro, 2001:299).

2. Menulis Berdasarakan Rangasang Visual
Bentuk-bentuk visual sebagai rangsang untuk menghasilkan bahasa dapat berupa gambar atau film. Gambar yang memenuhi kriteria pragmatis untuk tugas menulis adalah gambar-gambar yang membentuk rangkaian cerita. Yang perlu diingat gambar yang digunakan tidak boleh mengandung tulisan yang bersifat menjelaskan.

Gambar sebagai rangsang tugas menulis baik diberikan kepada murid sekolah dasar, atau pelajar bahasa (target) pada tahap awal, tetapi mereka telah mampu menghasilkan bahasa walau masih sederhana. Kompleksitas gambar dapat bervariasi, tergantung kemampuan berbahasa siswa.

Film yang dimaksud sebagai rangsang tugas menulis dapat berupa film strip ataupun film bisu. Teknik pelaksnaan yang biasa dilakukan adalah menyuruh siswa mengarang berdasarkan informasi yang terdapat dalam film tersebut. Agar informasi itu dapat lebih dipahami siswa, pemutarannya hendaklah lebih dari satu kali (Nurgiyantoro, 2001:300).

3. Menulis Berdasarakan Rangasang Suara
Bentuk-bentuk suara yang dapat disajikan rangsang tugas menulis mungkin berupa suara langsung atau melalui media tertentu. Suara langsung adalah bentuk bahasa yang dihasilkan dalam komunikasi konkret seperti percakapan, diskusi, ceramah, dan sebagainya. Tugas yang diberikan kepada siswa adalah menulis berdasarkan masalah yang dibicarakan dalam percakapan, diskusi, atau ceramah yang diikutinya.

Bentuk suara yang tidak langsung dimaksudkan bahasa yang tidak langsung didengar dari orang yang menghasilkannya. Di samping itu, karena antara pendengar dan pembicara tidak berada dalam situasi atau tempat yang sama. Bentuk suara yang tak langsung itu misalnya berupa program rekaman atau radio. Tugas yang diberikan kepada siswa berupa tugas untuk menulis berdasarkan pesan atau informasi yang didengarnya melalui sarana rekaman atau radio (Nurgiyantoro, 2001:301).

4. Menulis Berdasarakan Rangasang Buku
Buku sebagai rangsang atau bahan untuk tugas menulis sudah lazim dan banyak dilakukan di sekolah dan perguruan tinggi. Pada tingkat sekolah yang lebih rendah, sekolah dasar, SMP, dan SMA (mahasiswa jurusan bahasa asing) menulis dengan rangsang buku lebih dimaksudkan untuk melatih siswa secara produktif menghasilkan bahasa. Pada tingkat sekolah yang lebih tinggi, menulis tidak lagi sebagai latihan, menulis dengan rangsang buku biasanya berupa laporan, misalnya laporan (telah membaca) buku, lebih dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap isi buku yang bersangkutan. Buku yang dijadikan perangsang tugas menulis dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu buku fiksi dan buku nonfiksi (Nurgiyantoro, 2001:301-302).

5. Menulis Laporan
Dalam kaitannya dengan pengajaran bahasa, menulis laporan pun dapat dimanfaatkan untuk melatih dan mengungkap kemampuan siswa. Ada berbagai hal yang dapat dijadikan bahan penulisan laporan. Misalnya laporan kegiatan perjalanan, penelitian, seminar, dan sebagainya. Penyusunan laporan yang paling sering ditugaskan kepada siswa adalah laporan peninjauan ke objek-objek tertentu atau darmawisata. Sebaiknya guru memberitahukan terlebih dahulu, dan menjelaskan hal-hal apa saja yang harus dilaporkan. Disamping itu, model laporan pun hendaknya ditentukan pula (Nurgiyantoro, 2001:302-303).

6. Menulis Surat
Mengingat pentingnya peranan surat untuk berbagai keperluan, menulis surat hendaklah telah dilatih dan ditugaskan kepada siswa di sekolah. Menulis surat dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk melatih dan mengungkap kemampuan menulis siswa. Jenis surat yang ditulis hendaknya ditekankan pada surat-surat resmi, atau penulisan surat yang menuntut penggunaan bahasa secara baik dan benar. Untuk penulisan surat-surat resmi pun siswa diperkenankan memilih model sendiri, dan tidak harus selalu mencontoh model yang telah lazim (Nurgiyantoro, 2001:303).

7. Menulis Berdasarkan Tema Tertentu
Tes kemampuan menulis yang paling sering diberikan kepada siswa adalah dengan menyediakan tema atau sejumlah tema, ada kalanya berupa judul. Jenis karangan yang ditulis dapat berupa fiksi ataupun nonfiksi (Nurgiyantoro, 2001:303).

Referensi:
Hidayat, Kosadi, dkk. 1994. Evaluasi Pendidikan dan Penerapannya dalam Pengajaran 
Bahasa Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: 
BPFE-Yogyakarta.

Jika ada yang ingin ditanyakan silahkan tulis di kolom komentar.

Posting Komentar untuk "BENTUK ATAU JENIS TES KEMAMPUAN MENULIS"