MENGAPA KITA DAPAT BERBICARA BANYAK TAPI MENULIS SEDIKIT

Banyak orang merasa kesulitan ketika menulis. Apalagi memulai sebuah tulisan. Tapi sebaliknya, ketika berbicara mereka dapat berbicara sepanjang hari. Mengapa demikian? 

Berbicara adalah keterampilan berbahasa kedua yang dikuasai oleh manusia. Manusia setelah mampu menyimak, maka mereka dapat berbicara. Artinya, keterampilan ini sudah lama sekali dikuasai oleh manusia. Bahkan kita lupa pada usia berapa kita dapat berbicara. 

Ketika berbicara pun kita tidak banyak berpikir. Kata-kata yang ingin diucapkan muncul begitu saja. Tanpa kita pikirkan bagaimana cara menyambungkan kata, kalimat, bahkan paragrafnya. Kata-kata yang dihasilkan semakin banyak ketika memiliki lawan bicara yang tepat. Apalagi ketika ngomongin orang. 

Keadaan tersebut berbanding terbalik dengan kemampuan menulis. Menulis adalah keterampilan berbahasa terakhir yang dikuasai oleh manusia. Manusia setelah membaca akan mahir menulis. Kita masih dapat menerka kapan kita cakap dalam menulis. 

Ketika ingin menulis kita sudah mulai berpikir apa kalimat pembukanya? Bagaimana kalimat selanjutnya? Bahkan, ketika menulis sebuah cerita kalimat pertama yang ditulis adalah pada suatu hari. 

Mengapa demikian? Mengapa kita tidak dapat menulis seperti saat kita berbicara? 

Ada tiga kata kunci untuk pertanyaan mengapa kita berbicara banyak tapi menulis sedikit. Tiga kata kunci itu adalah keterampilan, berpikir, dan berkomunikasi. 

Berbicara dan menulis adalah sebuah keterampilan. Artinya, untuk mahir atau menguasainya seseorang butuh latihan dan pembiasaan. 

Pembiasaan dalam menulis dapat dimulai dengan menuliskan satu kalimat setiap hari. Kalimat yang ditulis dapat ditingkatkan jumlahnya seiring waktu. Sehingga dengan mudahnya kita dapat menulis sebuah paragraf. 

Kedua berpikir. Setiap ingin mulai menulis kita mengawali dengan berpikir. Berpikir tentang tata kalimat. Cara membuat kalimat. Cara menggabungkan kalimat. Bahkan berbicara pun, ketika kita banyak berpikir pembicaraan tersebut tidak berlangsung dengan baik. 

Ketika menulis, buang semua pikiran tentang tata kalimat. Tidak perlu pikirkan tentang apa yang ingin ditulis. Pastikan memiliki satu kata kunci yang ingin ditulis. Semua tulisan berawal dari satu kata. Semua kata dapat dijadikan pembuka sebuah kalimat. Tentunya selain kata tugas. 

Berpikir tentang tata kalimat atau hal teknis tentang menulis akan menghambat dalam proses penulisan. Penyakit ini biasa ditemukan pada mahasiswa jurusan bahasa. 

Kata kunci terakhir adalah berkomunikasi. Tujuan utama dari keterampilan berbahasa adalah berkomunikasi. Berbicara dan menulis adalah proses berkomunikasi. Bedanya berbicara adalah komunikasi lisan, sementara menulis merupakan komunikasi tulis. 

Umumnya, saat ingin menulis kita merasa sedang sendirian. Tidak seperti saat berbicara (mengobrol), sehingga kita bingung apa yang akan kita "obrolkan" dalam tulisan. 

Setiap kali memulai tulisan, bayangkan ada seseorang di depan kita. Orang itu bertanya tentang suatu hal. Tugas kita adalah menjawabnya, namun dalam bentuk tulisan. Dengan begitu, tulisan akan mengalir secara terus-menerus. 

Cara praktis dan mudahnya adalah dengan menerapkan teknik 5W+1H dalam menulis. Cara menulis dengan teknik 5W+1H dapat dibaca pada halaman berikut.

Jika ada yang ingin ditanyakan, silahkan tulis di kolom komentar.

Posting Komentar untuk "MENGAPA KITA DAPAT BERBICARA BANYAK TAPI MENULIS SEDIKIT"