PENULISAN KATA DASAR DAN TURUNAN (IMBUHAN) (EYD)
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
Kantor pajak penuh sesak.
Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.
B. Kata Turunan (Imbuhan)
1. a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
berjalan (awalan/prefiks)
dipermainkan (gabungan awalan dan akhiran/konfiks)
gemetar (sisipan/infiks)
geligi (sisipan/infiks)
gerigi (sisipan/infiks)
kemauan (akhiran/sufiks)
lukisan (akhiran/sufiks)
menengok (awalan/prefiks)
petani (awalan/prefiks)
b. Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia. Lihat Penggunaan Tanda Hubung dan Tanda Pisah (EYD).
Misalnya:
mem-PHK-kan (gabungan awalan dan akhiran/konfiks)
di-PTUN-kan (gabungan awalan dan akhiran/konfiks)
di-upgrade (awalan/prefiks)
me-recall (awalan/prefiks)
Catatan:
Upgrade dan recall adalah kata asing (Inggris) maka ditulis miring. Bagaimana jika kata tersebut adalah kata asing dan kita ingin menegaskannya? Berikut penjelasannya, huruf miring dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Sementara itu, huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulisan kata asing yang ingin ditegaskan cukup dengan huruf miring tanpa ditebalkan. Lihat Pemakaian Huruf Miring dan Tebal (EYD).
2. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk tangan (awalan/prefiks)
garis bawahi (akhiran/sufiks)
menganak sungai (awalan/prefiks)
sebar luaskan (akhiran/sufiks)
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus (konfiks), unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalanya:
Catatan:
(1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, tanda hubung (-) digunakan di antara kedua unsur itu.
Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat
(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oeh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur-unsurnya dimulai dengan huruf kapital. Lihat Penggunaan Huruf Kapital huruf A nomor tiga [3] (EYD).
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
(4) Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk dasar.
Misalnya:
Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.
Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.
(5) Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan.
Misalnya:
taklaik terbang (dirangkai)
taktembus cahaya (dirangkai)
tak bersuara (dipisah)
tak terpisahkan (dipisah)
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
Kantor pajak penuh sesak.
Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.
B. Kata Turunan (Imbuhan)
1. a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
berjalan (awalan/prefiks)
dipermainkan (gabungan awalan dan akhiran/konfiks)
gemetar (sisipan/infiks)
geligi (sisipan/infiks)
gerigi (sisipan/infiks)
kemauan (akhiran/sufiks)
lukisan (akhiran/sufiks)
menengok (awalan/prefiks)
petani (awalan/prefiks)
b. Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia. Lihat Penggunaan Tanda Hubung dan Tanda Pisah (EYD).
Misalnya:
mem-PHK-kan (gabungan awalan dan akhiran/konfiks)
di-PTUN-kan (gabungan awalan dan akhiran/konfiks)
di-upgrade (awalan/prefiks)
me-recall (awalan/prefiks)
Catatan:
Upgrade dan recall adalah kata asing (Inggris) maka ditulis miring. Bagaimana jika kata tersebut adalah kata asing dan kita ingin menegaskannya? Berikut penjelasannya, huruf miring dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Sementara itu, huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penulisan kata asing yang ingin ditegaskan cukup dengan huruf miring tanpa ditebalkan. Lihat Pemakaian Huruf Miring dan Tebal (EYD).
2. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk tangan (awalan/prefiks)
garis bawahi (akhiran/sufiks)
menganak sungai (awalan/prefiks)
sebar luaskan (akhiran/sufiks)
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus (konfiks), unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalanya:
adipati
|
dwiwarna
|
paripurna
|
aerodinamika
|
ekawarna
|
poligami
|
antarkota
|
ekstrakurikuler
|
pramuniaga
|
antibiotik
|
infrastruktur
|
prasangka
|
anumerta
|
inkonvensional
|
purnawirawan
|
audiogram
|
kosponsor
|
saptakrida
|
awahama
|
mahasiswa
|
semiprofesional
|
bikarbonat
|
mancanegara
|
subseksi
|
biokimia
|
monoteisme
|
swadaya
|
caturtunggal
|
multilateral
|
telepon
|
dasawarsa
|
narapidana
|
transmigrasi
|
dekameter
|
nonkolaborasi
|
tritunggal
|
demoralisasi
|
pascasarjana
|
ultramodern
|
(1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, tanda hubung (-) digunakan di antara kedua unsur itu.
Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat
(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oeh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur-unsurnya dimulai dengan huruf kapital. Lihat Penggunaan Huruf Kapital huruf A nomor tiga [3] (EYD).
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
(4) Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk dasar.
Misalnya:
Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.
Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.
(5) Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan.
Misalnya:
taklaik terbang (dirangkai)
taktembus cahaya (dirangkai)
tak bersuara (dipisah)
tak terpisahkan (dipisah)
Posting Komentar untuk "PENULISAN KATA DASAR DAN TURUNAN (IMBUHAN) (EYD)"